Koran Mandala – Gema kemenangan PERSIB Bandung sebagai juara back-to-back Liga 1 musim 2024/2025 masih terasa kuat. Di atas lapangan hijau, Maung Bandung adalah sang penguasa. Namun, saat PERSIB bersiap memasuki arena baru di awal 2026, yaitu bursa saham di Bursa Efek Indonesia (BEI), posisinya justru berubah. Di sini, Bali United adalah ‘tuan rumah’, sang pelopor. PERSIB datang sebagai ‘penantang’, meskipun membawa status juara dan antusiasme luar biasa.
Valuasi Raksasa PERSIB menurut FARHAN
Sebelum ‘bertanding’ di bursa saham, PERSIB harus menentukan harga saham perdananya (IPO). Proses ini melibatkan underwriter (penjamin emisi) yang akan ‘menghitung’ nilai klub. Mereka melihat aset, pendapatan, potensi laba, hingga membandingkannya dengan Bali United. Namun, PERSIB punya ‘faktor X’ yang sulit diukur: brand equity (nilai merek) dan basis Bobotoh.
CATATAN PANJANG MENUJU PERSIB IPO: Jejak Media & Penantian Satu Dekade Bobotoh
Pandangan menarik datang dari Walikota Bandung, M. Farhan. Sebagai figur publik dan mantan Direktur Pemasaran PERSIB yang pernah terlibat dalam wacana IPO 2012, opininya memiliki bobot. “Brand equity-nya saja nilainya sudah di atas 30 juta dolar. Jadi sudah mendekati Rp500 milyar,” ucap Farhan pada Minggu pagi (25/5/2025). Ia bahkan optimistis, “Nilai valuasi Persib bisa sangat tinggi… dapat menembus angka lebih dari Rp1 triliun.”
Optimisme Farhan didasari kekuatan merek, potensi juara berkelanjutan, dan kepemilikan pengelolaan stadion mandiri. “Jadi wajar kalau memang kita memiliki minat yang sangat tinggi untuk membeli saham apabila memang Persib akan IPO,” katanya, menegaskan minat pribadinya, meskipun ia menyebut Pemkot Bandung kemungkinan tidak akan berinvestasi. Pernyataan ini memberi gambaran betapa tingginya ekspektasi dan potensi harga saham PERSIB saat IPO nanti.
Gejolak Bursa Saham: Siapkah PERSIB & Bobotoh?
Setelah IPO, harga saham akan berfluktuasi. Kemenangan, kekalahan, transfer pemain, laporan keuangan, hingga berita miring bisa membuat harga naik atau turun drastis. Bali United (BOLA) sudah merasakan ini. Saham mereka pernah melesat, namun juga sering ‘terkoreksi’. Ini adalah realitas pasar modal yang harus siap dihadapi PERSIB dan para investornya. Kemenangan di lapangan tak selalu berarti harga saham langsung meroket jika fundamental keuangannya tak mendukung.
Dukung PERSIB IPO, Maruarar Sirait Siap Berinvestasi 100 Milyar
Di sinilah Bobotoh bisa menjadi pembeda. Jika jutaan Bobotoh kompak menjadi investor, ini bisa menciptakan permintaan yang masif. Namun, dukungan terbaik bukan sekadar membeli saham, tapi:
- Mendukung Bisnis Riil: Penuhi stadion, beli merchandise asli. Ini langsung meningkatkan pendapatan dan nilai klub.
- Menjadi Investor Cerdas: Beli saham karena percaya jangka panjang, bukan ikut-ikutan. Pahami risikonya. Seperti kata Farhan, ia “sudah menyiapkan tabungan”, artinya ini keputusan terencana.
- Menjaga Iklim Positif: Dukung klub dengan cara yang membangun citra positif.
PERSIB Menuju IPO? Ini Dia Pelajaran Berharga dari Dinamika Saham Bali United (BOLA)
Jika rencana IPO ini terjadi maka rivalitas PERSIB vs Bali United kini benar-benar memasuki dimensi baru. Ini bukan lagi hanya soal adu taktik di lapangan, tapi juga adu strategi bisnis, adu valuasi, dan adu loyalitas investor-suporter di lantai bursa.
PERSIB datang sebagai penantang, tapi dengan dukungan Bobotoh dan potensi raksasanya, mereka siap membuat ‘pertandingan’ di pasar modal menjadi sangat seru.(FMA)