Sebuah penelitian pada tahun 2017 yang melibatkan lebih dari 300 individu berusia di atas 60 tahun.

Penelitian mengungkapkan bahwa durasi tidur REM yang lebih singkat pada malam hari dan waktu yang lebih lama untuk memasuki fase REM dalam setiap siklus tidur menjadi indikator demensia di masa depan.

Hal tersebut mungkin disebabkan oleh fakta bahwa REM “sangat krusial” untuk menyimpan serta memproses memori.

Kehilangan kemampuan tersebut mengurangi ketahanan otak terhadap penurunan kognitif dan dapat mempercepat pengecilan di area otak yang tidak aktif.

Tetapi sukar untuk menjelaskan keterkaitan sebab akibat antara tidur yang tidak cukup dan demensia.

Orang dewasa, khususnya wanita, secara alami menghabiskan waktu yang lebih sedikit untuk tidur nyenyak dan REM seiring bertambahnya usia.

Para peneliti telah menyadari bahwa penuaan dapat meningkatkan risiko demensia, namun demensia juga memiliki kecenderungan untuk memperburuk kualitas tidur.

Solusi Tidur Nyenyak

Terdapat kemungkinan kedua proses tersebut “berkaitan satu sama lain,”

Oleh karena itu, usaha untuk memperbaiki kualitas tidur tidak akan merugikan.

Usaha untuk tidur sekitar tujuh jam setiap malam adalah langkah paling sederhana yang bisa diambil.

Hal tersebut memberikan otak waktu yang cukup untuk melewati tahap antara empat hingga tujuh kali.

Individu bisa tidur dengan lebih baik jika memiliki jadwal tidur dan bangun yang teratur.

Melakukan aktivitas yang secara signifikan melibatkan otak untuk beberapa waktu.

Seperti belajar keterampilan baru, dapat menguras energi bagian tertentu di otak dan meningkatkan kebutuhan mereka untuk tidur gelombang lambat yang memulihkan.

Solusi lainnya yaitu mengelola stres dan berolahraga dapat menjaga seseorang tetap aktif secara mental dan meningkatkan aliran darah ke otak, yang membantu proses pembersihan glimfatik.

Sehingga memberikan cukup waktu untuk tidur adalah cara terbaik untuk memastikan otak mencapai tahap yang lebih dalam.***

1 2 3

Penulis.

Leave A Reply

Exit mobile version