Koran Mandala – Setiap tanggal 15 Mei, rakyat Palestina dan simpatisan di seluruh dunia memperingati Nakba, yang dalam bahasa Arab berarti “malapetaka” atau “bencana besar.” Nakba merujuk pada peristiwa tragis pada tahun 1948 ketika lebih dari 700.000 warga Palestina diusir dari rumah dan tanah mereka menyusul berdirinya negara Israel.

Peristiwa ini bukan hanya tentang perang atau konflik bersenjata biasa. Ini adalah awal dari penghilangan paksa sebuah bangsa dari tanah kelahirannya, yang sampai hari ini jejak penderitaannya masih dirasakan.

Film Palestina ‘No Other Land’ Menang Piala Oscar 2025

Latar Belakang: Akhir Mandat Inggris dan Deklarasi Negara Israel

Pada akhir 1947, setelah Mandat Inggris atas Palestina mendekati masa berakhir, PBB mengusulkan rencana pembagian Palestina menjadi dua negara: satu untuk Yahudi, satu untuk Arab. Proposal ini ditolak oleh mayoritas warga Arab Palestina karena dianggap tidak adil: Yahudi yang saat itu hanya memiliki sekitar 6% tanah diusulkan mendapat lebih dari 50% wilayah.

Namun pada 14 Mei 1948, David Ben-Gurion mendeklarasikan berdirinya negara Israel. Sehari setelahnya, pecahlah perang antara Israel dan negara-negara Arab tetangga. Dalam kekacauan perang inilah Nakba terjadi.

Eksodus Massal dan Penghancuran Desa-Desa

Dalam waktu singkat, sekitar 531 desa Palestina dihancurkan, dan lebih dari 13.000 warga sipil tewas. Banyak keluarga dipaksa meninggalkan rumah mereka dengan ancaman senjata, pembantaian, dan teror psikologis.

Desa-desa yang dulunya hidup damai seperti Deir Yassin, Tantura, dan Lydda menjadi saksi pembantaian atau pengusiran brutal. Ribuan pengungsi Palestina melarikan diri ke Tepi Barat, Jalur Gaza, Lebanon, Yordania, dan Suriah — membentuk diaspora yang bertahan hingga kini.

Dampak Panjang Nakba

Nakba bukan hanya peristiwa satu waktu. Ia menjadi sumber penderitaan multigenerasi. Sampai hari ini, lebih dari 5 juta warga Palestina hidup sebagai pengungsi — baik di kamp pengungsian maupun sebagai warga tanpa kewarganegaraan penuh.

Peristiwa ini juga meninggalkan luka kolektif dan menjadi dasar identitas nasional Palestina. Setiap upaya untuk mencari solusi damai terhadap konflik Palestina-Israel harus mengakui dan menangani warisan dari Nakba.

Tokoh-Tokoh yang Menyuarakan Nakba

Sejumlah tokoh dunia telah mengangkat suara atas tragedi ini, termasuk Edward Said, intelektual Palestina yang banyak menulis tentang dampak Nakba bagi identitas dan perjuangan Palestina. Di era modern, para aktivis seperti Hanan Ashrawi dan Mustafa Barghouti terus menyuarakan pentingnya keadilan bagi pengungsi Palestina.

Mengingat untuk Tidak Melupakan

Nakba bukan hanya cerita lama dalam buku sejarah. Ia adalah kenyataan yang hidup dalam ingatan kolektif bangsa Palestina dan pengungsi yang belum pernah kembali. Mengingat Nakba berarti menegaskan hak setiap manusia untuk hidup bebas, bermartabat, dan diakui keberadaannya — termasuk rakyat Palestina.

Penulis.

Leave A Reply

Exit mobile version