Ia menggunakan aplikasi keuangan gratis seperti Toshl Finance, yang memberikan gambaran menyeluruh mengenai kondisi finansial.
Adanya data ini, ia dapat merancang strategi keuangan, baik untuk keperluan besar seperti pendidikan, maupun untuk keputusan harian seperti belanja bulanan.
Kebiasaan kedua adalah berpindah dari scarcity mindset ke abundance mindset.
Dulu, ia terlalu fokus menekan pengeluaran sekecil mungkin, hingga hal-hal kecil seperti selisih harga sayur pun menjadi beban mental.
Hal ini menguras energi dan mengganggu produktivitas.
Setelah berdiskusi dengan mentor finansial, ia menyadari pentingnya mengalokasikan energi mental ke hal-hal yang lebih berdampak besar, seperti pengembangan keterampilan atau peningkatan pendapatan.
Sekarang, ia menetapkan batas nyaman pengeluaran, selama nominalnya masih dalam ambang tersebut.
Ia mengizinkan diri sendiri membelanjakan uang tanpa rasa bersalah.
Kebiasaan ketiga adalah berinvestasi pada pengalaman.
Pelajaran ini ia dapatkan saat bertemu dengan Ash Ali, seorang pengusaha sukses.
Alih-alih menyarankannya berinvestasi ke pasar modal, beliau menyarankan untuk menginvestasikan uang ke pengalaman yang memperluas cara pandang.
Pengalaman ini memberikan nilai yang tak tergantikan dan sulit direplikasi oleh orang lain.
Itulah cerita dari Zahid Ibrahim tentang kebiasaan yang dapat meningkatkan pendapatan.
Memasuki usia muda, waktu adalah aset paling berharga, dan berinvestasi ke pengalaman adalah cara terbaik untuk memanfaatkannya. ***