0leh:
Widi Garibaldi
“ Semua yang saya lakukan didasarkan pada intuisi saja”, begitu pengakuan Dedy Mulyadi. yang Gubernur Jawa Barat kepada salah satu media utama yang berhasil mewawancarainya. Ia mengakui tak pernah menggelar rapat.Jalan dan arah pemerintahan ia kendalikan melalui WA. Manakalah ia merasa perlu menginstruksikan sesuatu kepada bawahannya, cukup dengan mengirimkan WhatsApp. Jadi tak perlu tatap muka.Apalagi harus rapat.
Apakah instruksi melalui WA dapat dicerna oleh bawahannya,itu urusan lain.Kalau “berani” bawahannya tentu akan memperjelas masalah kepada pak Gubernur. Semua liwat WA. Kalau merasa tak sanggup,karena merasa hanya sebagai bawahan, instruksi pasti akan melenceng dari tujuan. Salah arah atau terkatung-katung. Akhirnya, rakyat juga yang menderita, jadi korban.
Haru Suandharu: Gaya Kepemimpinan One Man Show Dedi Mulyadi Berbahaya
Cara memimpin yang hanya berdasar intuisi semata itu lumrah dikenal sebagai kepemimpinan “one man show”. Dedy Mulyadi yang sejak 6 Februari 2025 dilantik sebagai Gubernur Jawa Barat merasa tak risau dengan jumlah penduduk yang 50,35 juta, yang harus dilayaninya. Dengan areal seluas 35.377,76 km2, Jawa Barat merupakan provinsi utama di negeri ini. Provinsi yang menjadi hinterland dari Ibu Kota. Suatu provinsi yang terdiri dari 18 kabupaten dan 9 kota. Suatu provinsi yang terdiri tak kurang dari 625 kecamatan dan 5877 desa. Karena itu sulit dibayangkan bagaimana berkomunikasi dengan 18 Bupati dan 9 Walikota, hanya dengan WA. Belum lagi dengan 625 Camat dan 5877 Kepala Desa.
Bukan hanya Gubernur semata
Sebagaimana diatur dalam peraturan perundang undangan, dalam memimpin pemerintahan di daerah, Gubernur tak berdiri sendiri. Dalam melayani kepentingan rakyatnya, ia didampingi oleh suatu badan yang terdiri dari wakil-wakil rakyat. Lembaga ini – Dewan Perwakilan Rakyat Daerah-bukan bawahannya. Gubernur dan DPRD berdiri sama tinggi, duduk sama rendah. Jadi, kedudukan DPRD itu setara dengan Gubernur. Mereka bersama-sama dan bermitra, bahu membahu untuk melayani rakyat.
Tidaklah elok, manakala Gubernur cuek terhadap mitranya. Menganggap mitra sebagai bawahannya sehingga tidak pernah dimintai pertimbangan karena merasa intuisinya selalu benar dan tidak pernah salah.
Karena itu, apalagi Pejabat tertinggi di suatu daerah-tidak boleh melupakan amanat Pendiri Bangsa yang tertuang di dalam grondslag bangsa ini. Amanat itu menyoroti betapa pentingnya musyawarah dalam pengambilan suatu keputusan.
Mumpung baru seumur jagung memimpin pemerintahan di Jawa Barat, Dedy Mulyadi, sebagai manusia biasa, seharusnya makfum bahwa intuisi itu tidak selalu benar. Karena itu, setiap keputusannya, yang menyangkut hajat hidup tak kurang dari 50 juta rakyat sebaiknya dipertimbangkan masak-masak, dimusyawarahkan terlebih dahulu dengan Lembaga yang mewakili kepentingan rakyat.
Lebih elok lagi manakala ia juga menggandeng media, sebagai pilar ke-4 tegaknya demokrasi di negeri tercinta ini.