Close Menu
  • Home
  • Jabar Istimewa
  • Peristiwa
    • Daerah
    • Opini
    • Bunga Rampai Seorang Jurnalis
    • Video
  • Politik
    • Majalah Digital
  • Ekonomi
    • Bank BJB
    • PLN
  • Edukasi
  • Hukum
  • Hiburan
  • Tekno
  • Sport
Sabtu, 24 Mei 2025 13:00
YouTube Instagram TikTok Facebook
  • Home
  • Jabar Istimewa
  • Peristiwa
    • Daerah
    • Opini
    • Bunga Rampai Seorang Jurnalis
    • Video
  • Politik
    • Majalah Digital
  • Ekonomi
    • Bank BJB
    • PLN
  • Edukasi
  • Hukum
  • Hiburan
  • Tekno
  • Sport
Home»Hiburan

Ulasan Film Colonial Debris Karya Dandhy Laksono: Sinema yang Menggugat Sampai Akhir

Sabtu, 24 Mei 2025 10:09 WIB
Facebook Twitter WhatsApp Copy Link
Ulasan Colonial Debris karya Dandhy Laksono dan tim Watchdoc Documentary tentang konflik tanah di Indonesia
Poster film Colonial Debris karya Dandhy Laksono

Koran Mandala – Kehadiran “Colonial Debris“, karya terbaru WatchDoc Documentary, sekali lagi menegaskan posisi Dandhy Dwi Laksono dan ‘bengkel’-nya sebagai anomali di kancah perfilman Indonesia. Kalau kita bicara soal dokumenter yang benar-benar punya ‘gigi’, nama mereka memang sulit dielakkan. Di tengah industri yang seringkali memilih zona nyaman, Dandhy dan kawan-kawan konsisten menapaki jalur terjal: jurnalisme investigasi visual yang berani, lugas, dan tak pernah ragu menantang status quo.

Rekam jejak mereka berbicara lantang. Masih segar dalam ingatan bagaimana “Sexy Killers” sukses membuat elite energi ‘panas dingin’. Belum lagi “Asimetris” yang tanpa tedeng aling-aling menguliti borok industri sawit, hingga “Dirty Vote” yang meledak laksana ‘bom waktu’ jelang pemilu lalu. Deretan karya berani ini, ditambah pengakuan bergengsi sekelas Magsaysay Award, telah mengukuhkan DNA WatchDoc: berpihak pada mereka yang kerap tak bersuara, dan menjadikan kekuatan sinema sebagai megafonnya.

Profil Dandhy Dwi Laksono, Sutradara Film Dirty Vote yang Viral di Media Sosial Bongkar Dugaan Kecurangan Pemilu 2024

Kini, DNA perlawanan itu kembali mewujud dalam “Colonial Debris” (atau “Tanah Moyangku”). Ini bukan sekadar rilisan terbaru; ini adalah sebuah karya magnum yang terasa seperti puncak perenungan mereka atas salah satu borok paling kronis bangsa ini: sengketa tanah. Tapi, mari kita sejenak menepi dari urgensi isunya, dan mencoba ‘membaca’ film ini dari kacamata seorang penikmat—dan pengkritik—film. Bagaimana “Colonial Debris” berkomunikasi lewat bahasanya sendiri, bahasa sinema?

Colonial Debris: Merajut Narasi, Menghunjam Kesadaran

Sejak awal, “Colonial Debris” sudah menunjukkan kelasnya dalam bertutur. Ia tak lantas menghujani kita dengan data mentah. Sebaliknya, ia mengajak kita melakukan perjalanan waktu, membentangkan benang merah kusut dari hukum kolonial Agrarische Wet 1870 hingga praktik-praktik agraria yang—ironisnya—tak banyak berubah di era modern. Racikan gaya expository (pemaparan) dan observational (pengamatan) terasa pas. Suara narator menjadi pemandu, namun bintang sesungguhnya adalah mereka yang hidup di ‘medan perang’ agraria.

Di sinilah WatchDoc menunjukkan kepekaannya. Kamera tak hanya merekam, tapi seolah ikut merasakan. Goyangan handheld di beberapa adegan—mungkin saat mengikuti aksi massa atau menyusuri jalan setapak—berhasil menarik kita masuk, membuat kita merasa hadir di sana. Wawancara pun terasa intim. Mereka tidak mewawancarai narasumber di studio steril, melainkan di ‘habitat’ mereka: di tengah sawah yang terancam, di beranda rumah yang mungkin segera rata dengan tanah. Pilihan ini membuat setiap kata yang terucap terasa lebih berbobot, lebih otentik.

Visual dan Bunyi yang Tak Sekadar Indah, Tapi Menggugat

Secara visual, “Colonial Debris” adalah sebuah ironi yang tertata apik. Di satu sisi, mata kita dimanjakan oleh keindahan alam Indonesia yang—sayangnya—kian tergerus. Namun, keindahan itu segera dibenturkan dengan gambar-gambar ‘brutal’: raungan alat berat, hamparan sawit sejauh mata memandang yang terasa seperti padang pasir hijau, dan tentu saja, sorot mata para pejuang tanah yang menyimpan campuran lelah, marah, dan harapan.

1 2
colonial debris dandhy laksono watchdoc
Fajar Majeed

Penulis di KoranMandala

BERITA LAINNYA

Christina Immanuel Beri Tips Atasi Rambut Ngembang dan Rontok

Hunter with a Scalpel Hadirkan Park Ju Hyun jadi Dokter Forensik

Head Over Heels: Cho Yi Hyun dan Cha Kang Yoon Berusaha Selamatkan Choo Young Woo

The First Night with the Duke Rilis Poster Pasangan Utama

Mercy for None Tampilkan Para Pemeran Jelajahi Sisi Dunia Gelap

Sana TWICE Berbagi Cerita Mengejutkan sebelum Debut

Leave A Reply Cancel Reply

BERITA TERBARU

Bisa Perkuat Tim! Tukar Daftar Kode Redeem FC Mobile Gratis Hari Ini 24 Mei 2025

Prediksi Susunan Pemain Persib Bandung vs Persis Solo, Hodak Tetap Turunkan Skuad Terbaik ?

Buruan Tukarkan! 22 Kode Redeem FF Gratis yang Masih Aktif untuk Hari Ini 24 Mei 2025

Jangan Kelewatan ! Link Live Streaming dan Prediksi Skor Persib Bandung vs Persis Solo, Saksikan Laga Pemberian Trophy Gratis Disini

Head to Head Persib Bandung vs Persis Solo, Maung Mendominasi ?

Rumah Warga Ambruk di Lengkong, Erwin Tinjau Lokasi dan Janjikan Perbaikan

Bank bjb Raih Penghargaan Regional Champion 2025 atas Kinerja Konsisten

Xiaomi 15S Pro Resmi Rilis, Sematkan Chipset Gahar Buatan Sendiri!

Setelah Nick Kuipers dan Ciro Alves, Persib Resmi Kehilangan Kevin Mendoza

9 Hari Buron, Pelaku Tabrak Lari di Kuningan Akhirnya Ditangkap

CEK BERITA SELENGKAPNYA

PT MANDALA DIGITAL MEDIA
Jl. Waluh No 12, Malabar,
Kecamatan Lengkong,
Kota Bandung, Indonesia

bisniskoranmandala@gmail.com

KANAL BERITA

  • Peristiwa
  • Politik
  • Ekonomi
  • Hukum
  • Edukasi
  • Tekno
  • Sport
  • Hiburan
  • Opini
  • Indeks

MANDALA MEDIA NETWORK

  • Kuningan
  • Garut
  • Karawang
  • Bogor
  • Sukabumi
  • Tasikmalaya
  • Ciamis

LINK HALAMAN

  • Tim Redaksi
  • Pedoman Media Cyber
  • Kebijakan Privasi
  • Tentang Kami

SOSIAL MEDIA

YouTube Facebook Instagram TikTok

Copyright @2025 KoranMandala.com All right reserved

Type above and press Enter to search. Press Esc to cancel.

Exit mobile version