Ia sendiri telah menemukan kasus-kasus seperti ini berulang kali, bahkan ada yang sampai berujung pada kematian.

Sebagai contoh, para orang tua yang menyekolahkan anaknya ke pesantren atau sekolah berasrama, penting untuk melakukan dialog secara terbuka.

Tanyakan kepada anak apakah mereka senang berada di sana, apakah mereka nyaman menjalani kegiatan di lingkungan tersebut.

Jangan sampai anak menjalani pendidikan semata-mata karena tekanan atau keinginan orang tua, dengan alasan bakti atau kewajiban.

Kunci Sukses Persib Bandung Juara Liga 1 2024 2025: Defend Kokoh, Serangan Gacor

Sebab jika hal tersebut menjadi beban emosional, dampaknya bisa sangat besar terhadap kesehatan fisik dan mental anak di kemudian hari.

Kasus lain yang juga sering terjadi, misalnya ada yang memaksa anak menghafal Al-Qur’an dalam waktu tertentu, tiga atau enam tahun tanpa mempertimbangkan kesiapan mental dan emosional mereka.

Tentu niat tersebut baik dalam satu sisi, namun jika tidak ada pendekatan yang penuh kasih dan dialog terbuka, hal itu bisa menjadi tekanan besar bagi anak.

Apalagi jika orang tua sendiri tidak konsisten dalam praktik keagamaannya.

Oleh karena itu, kunci utama dalam menjaga keseimbangan antara tuntutan dan kondisi anak adalah komunikasi.

Dialog yang jujur dan terbuka menjadi sangat penting agar tidak terjadi ketimpangan antara harapan orang tua dan kapasitas anak, baik secara emosional maupun fisik.

Itulah pembahasan dari dr. Zaidul Akbar tentang dampak jarang memuji anak. ***

1 2

Penulis.

Leave A Reply

Exit mobile version