KORANMANDALA.COM – Dinas Kesehatan Jawa Barat (Dinkes) Jawa Barat mengklaim angka stunting atau kondisi gagal tumbuh balita karena kekurangan gizi kronis, mengalami penurunan 4,3 persen daripada beberapa tahun sebelumnya.
Kendati mengalami penurunan, angka stunting di Jawa Barat masih berada pada 20,2 persen atau setara dengan 183.000 balita berusia 0 – 59 bulan. Capaian itu cukup baik daripada angka stunting nasional 21,6 persen pada 2023.
“Jadi Alhamdullah sudah dibawah angka nasional. Tahun ini target minimalnya 19 persen, 2024 hagus 14 persen. Jadi buat masyarakat jangan ada stunting yang baru,” kata Kepala Dinkes Jabar Vini Adiana Dewi pada Kamis, 26 Oktober 2023.
Dia menambahkan, terdapat sejumlah daerah di Jawa Barat dengan angka stunting tinggi, seperti Kabupaten/Kota Tasikmalaya, Kabupaten Bandung, dan Sukabumi.
Baca Juga: Gibran Resmi Jadi Cawapres Prabowo Subianto, Hadi Rudyatmo Ungkap Hubungan Jokowi dan Megawati
Namun, Vini tidak merincikan berapa persen angka stunting di daerah tersebut.
“Yang perlu menjadi perhatian mungkin antara Kabupaten Kota Tasikmalaya, Kabupaten Bandung, Sukabumi. Itu yang angkanya masih tinggi,” kata dia menambahkan.
Vini berujar, stunting bisa terjadi sejak kehamilan pertama hingga usia bayi satu sampai dua tahun. Kemudian, anemia yang menyebabkan asupan gizi berkurang, otomatis pertumbuhan bayi tidak optimal.
Baca Juga: Profil Ira Noviarti Presiden Direktur Unilever Indonesia yang Baru Saja Mengundurkan Diri, Lengkap dengan Sederet Jabatannya
“Setidaknya masih 40 persen remaja putri kita yang masih mengalami anemia,” ujarnya.
Dengan begitu, Vini mengimbau agar para ibu hamil maupun remaja putri untuk meminum obat penambah darah.
Kemudian, dia juga berpesan, pola asuh dan asupan gizi untuk bayi selama dalam kandungan dan setelah lahir juga harus diperhatikan oleh orang tua.