KoranMandala.com – Kinerja program unggulan Pemerintah Kota Bandung, Kangpisman (Kurangi, Pisahkan, Manfaatkan), kembali dipertanyakan. Salah satu titik krusial terjadi di Tempat Pengolahan Sampah Reduce-Reuse-Recycle (TPS3R) Ubermanik di Kelurahan Jatihandap, Kecamatan Mandalajati, Kota Bandung, yang hingga kini masih beroperasi tanpa dukungan alat pengolahan sampah memadai.
Pantauan pada Kamis, 17 Juli 2025, menunjukkan tumpukan sampah yang tidak tertangani akibat keterbatasan ritase pengangkutan dan ketiadaan mesin pengolahan seperti pencacah atau pembakar. Kondisi ini dinilai menghambat pelaksanaan prinsip reduce, reuse, dan recycle yang menjadi inti program Kangpisman.
Program Kangpisman Gagal di TPS Dago Elos, Warga: Perhatian Pemerintah Kurang

“TPS3R ini sudah ada sejak 20 tahun lalu. Tapi sejak Kangpisman diluncurkan 2018, kami belum menerima alat pengolahan apa pun. Baru sebatas pengajuan, belum tahu realisasinya kapan,” ujar Ai Suryani (45), pengelola TPS3R Ubermanik.
Masalah lainnya adalah pembatasan kuota pengangkutan ke Tempat Pembuangan Akhir (TPA). Dari yang semula 15 kontainer per minggu, kini hanya diizinkan 9 kontainer, menyebabkan keterlambatan dan penumpukan.
“Biasanya kami bisa dua sampai tiga ritase per hari. Tapi karena pembatasan, banyak sampah yang menumpuk,” tambah Ai.
Meski Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Kota Bandung rutin melakukan pemantauan hingga tiga kali seminggu, Ai menilai kunjungan tersebut belum memberi solusi konkret.
“Mereka hanya melihat kondisi, belum ada aksi nyata. Mesin pembakar atau pencacah belum datang juga,” keluhnya.
Ai berharap pengajuan bantuan alat dua bulan lalu segera direalisasikan. Tanpa dukungan infrastruktur, TPS3R hanya akan menjadi tempat penampungan sementara, bukan pengolah sampah berbasis masyarakat seperti yang diharapkan dalam Kangpisman.
“Katanya akan ada bantuan alat pencacah, pembakaran, dan lainnya. Tapi belum tahu kapan datangnya,” pungkas Ai.
Situasi ini menunjukkan perlunya evaluasi menyeluruh terhadap implementasi Kangpisman. Program yang sejak awal dikampanyekan sebagai solusi berkelanjutan untuk sampah perkotaan ini dinilai belum menyentuh akar permasalahan di lapangan. Tanpa dukungan alat dan kejelasan kebijakan, TPS3R seperti Ubermanik terancam hanya jadi simbol semangat tanpa aksi nyata.






