Koran Mandala – Tuntutan warga terhadap pembangunan Jembatan Penyeberangan Orang dan Motor (JPOM) di kawasan Flyover Ciroyom, Kecamatan Cicendo, Kota Bandung, kembali mencuat. Pada Senin (14/7/2025), puluhan warga bersama Ormas Sundawani menggelar aksi damai menuntut Pemerintah Kota Bandung segera merealisasikan pembangunan JPOM yang dinilai sangat mendesak demi keselamatan pengguna jalan.
Aksi berlangsung tertib di bawah Flyover Ciroyom dengan pengawalan pihak kepolisian. Massa membawa spanduk bertuliskan “DPD Kota Bandung Meminta Segera Dibangunkan JPOM” sambil menyuarakan orasi di tengah padatnya arus lalu lintas di kawasan pasar yang ramai aktivitas warga.
Sampah Menumpuk di Kolong Flyover Ciroyom, Bau Busuk Cemari Jalan Layang Baru
Suhendar (48), warga sekaligus pemilik warung kopi di sekitar lokasi, menegaskan bahwa JPOM bukan sekadar proyek infrastruktur, melainkan soal penyelamatan nyawa masyarakat. “Setiap hari pelajar, lansia, pedagang menyeberang rel kereta api tanpa perlindungan memadai. Ini kawasan padat aktivitas, risikonya tinggi,” tegas Suhendar.
Ia menyebut, janji pembangunan JPOM sudah muncul sejak Musrenbang 2024 dan dijanjikan rampung awal 2025. Namun hingga pertengahan tahun, belum ada kejelasan pelaksanaan. “Kalau proyek ini ada di pusat kota, pasti cepat direalisasi. Tapi karena ini kawasan rakyat kecil, seperti tidak dianggap penting,” tambahnya.
Aksi warga mendapat perhatian dari pemerintah. Sekretaris Daerah Provinsi Jawa Barat, Herman Suryatman, bersama Camat Cicendo, Kapolsek Andir, Danramil, dan jajaran Forkopimcam memantau langsung aksi tersebut.
“Kami apresiasi warga yang menyampaikan aspirasi secara damai. Ini tuntutan yang sangat masuk akal. Pemprov dan Pemkot akan segera berkoordinasi agar ada percepatan pembangunan JPOM,” ujar Camat Cicendo, Drs. Bira Gumbira.
Sebagai langkah sementara, Kapolsek Andir berencana menempatkan petugas pengatur lalu lintas di jam sibuk untuk meminimalkan potensi kecelakaan di perlintasan tersebut.
Pembangunan JPOM di Ciroyom menjadi simbol penting bagaimana infrastruktur harus hadir merata, tak hanya di pusat kota, tapi juga di kawasan padat yang dihuni warga menengah ke bawah. Warga berharap, tuntutan ini tak berhenti sebagai wacana, melainkan menjadi aksi nyata demi keselamatan dan keadilan infrastruktur.






