Koran Mandala – Menyusul konflik berkepanjangan yang kembali mencuat di Kebun Binatang Bandung (Bandung Zoo), Angkatan Muda Siliwangi (AMS) mendesak agar pengelolaan kawasan konservasi bersejarah itu dikembalikan ke tangan orang Sunda.
Konflik dualisme pengelolaan antara pihak Taman Safari Indonesia (TSI) dan Serikat Pekerja Mandiri Derenten (SPMD) kembali memanas, hingga menyebabkan penutupan sementara kebun binatang tertua di Bandung pada Kamis (3/7/2025). Ketegangan dipicu bentrokan antara karyawan dan petugas keamanan vendor Red Guard pada Rabu malam sebelumnya.
Sempat Tutup Karena Kericuhan, Kebun Binatang Bandung Kembali Dibuka
Merespons insiden tersebut, Pengurus Pusat AMS menggelar konferensi pers di Sekretariat Jenderal AMS, Jl. Braga No. 25B, pada Jumat (4/7). Dalam pernyataannya, PJ Ketua Umum AMS, Rully Alfiady, menyampaikan keprihatinannya atas peristiwa yang menyebabkan korban luka tersebut.
“Peristiwa ini tidak semestinya terjadi di Kota Bandung yang selama ini dikenal tentram dan kondusif. Ini mencoreng citra kota dan nilai-nilai kultural masyarakat Sunda,” ujar Rully.
AMS menyoroti bahwa status aset Bandung Zoo saat ini berada di bawah sitaan Kejaksaan Tinggi Jawa Barat. Karena itu, pihak yang memberi mandat pengelolaan terhadap aset tersebut harus bertanggung jawab atas konflik yang terjadi.
Sebagai organisasi yang mengusung nilai-nilai budaya Sunda, AMS menyatakan keberpihakan terhadap pelestarian “Derenten” — sebutan lokal untuk Bandung Zoo — sebagai situs bersejarah yang berdiri sejak 1933 dan menjadi ikon kebanggaan warga Bandung serta masyarakat Sunda.
“Kami akan konsisten mendukung kekayaan sejarah Sunda untuk tetap dalam penguasaan orang Sunda,” tegas Rully, didampingi pengurus AMS lainnya seperti Sekjen Asep Andriana, Ketua Puragabaya AMS Budi Rahman Haruman, dan Ketua Ampar Jagat AMS Lili Setiawati.
AMS juga mengapresiasi keluarga besar Rd. Ema Brata Kusumah yang dianggap telah berjasa mewariskan kebun binatang bersejarah tersebut.
Menutup konferensi pers, AMS mengajak seluruh pihak untuk menjaga ketertiban, menyudahi konflik, serta menghormati nilai-nilai historis dan kultural yang melekat pada Kebun Binatang Bandung.
“Derenten bukan sekadar kebun binatang. Ini simbol sejarah, kebanggaan budaya, dan ruang edukasi bagi masyarakat. Jangan jadikan konflik kepentingan merusak warisan leluhur,” tutup Rully.






