Koran Mandala – Otto Iskandardinata, nama yang mungkin tidak sepopuler Soekarno atau Hatta, namun memiliki peran sentral dalam pergerakan kemerdekaan Indonesia. Dikenal dengan julukan “Si Jalak Harupat” karena keberanian dan ketegasannya, Otto Iskandardinata adalah sosok intelektual, organisator ulung, dan pejuang gigih yang sayangnya, akhir hidupnya tragis dan namanya seringkali kurang mendapat sorotan yang seharusnya dalam narasi besar sejarah kemerdekaan.
Lahir di Bandung pada 31 Maret 1897, Otto Iskandardinata menempuh pendidikan yang membawanya menjadi seorang guru. Namun, panggilan jiwa untuk membebaskan bangsanya dari belenggu penjajahan membawanya terjun aktif ke dunia pergerakan nasional. Beliau menyadari betul pentingnya organisasi dan persatuan dalam mencapai kemerdekaan.
Kiprah Otto Iskandardinata dalam organisasi pergerakan sangat signifikan. Beliau aktif di Sarekat Islam, kemudian mendirikan dan memimpin Paguyuban Pasundan, sebuah organisasi kedaerahan yang sangat berpengaruh di Jawa Barat. Di bawah kepemimpinannya, Paguyuban Pasundan tidak hanya bergerak dalam bidang sosial budaya, tetapi juga secara tegas menyuarakan aspirasi politik rakyat Sunda dan menjadi bagian integral dari gerakan nasional menuju kemerdekaan.
Keberanian Otto Iskandardinata tidak hanya tercermin dalam retorika politiknya yang lantang, tetapi juga dalam tindakannya. Beliau tidak gentar menghadapi tekanan dan intimidasi dari pemerintah kolonial Belanda. Sebagai seorang jurnalis dan penulis, melalui berbagai tulisan dan pidatonya, beliau membangkitkan kesadaran nasional dan mengkritisi kebijakan-kebijakan penjajah yang merugikan rakyat.
Peran penting Otto Iskandardinata semakin terlihat menjelang Proklamasi Kemerdekaan. Beliau termasuk dalam kelompok tokoh yang mendesak Soekarno dan Hatta untuk segera memproklamasikan kemerdekaan setelah Jepang menyerah. Keberanian dan ketegasannya dalam situasi genting tersebut menunjukkan komitmennya yang bulat terhadap kemerdekaan Indonesia.
Setelah Proklamasi Kemerdekaan, Otto Iskandardinata diangkat menjadi Menteri Negara dalam kabinet pertama Republik Indonesia. Tugas berat menanti di tengah situasi negara yang baru merdeka dan penuh gejolak. Sayangnya, tak lama setelah itu, beliau menjadi korban penculikan dan pembunuhan misterius pada tanggal 20 Desember 1945. Peristiwa tragis ini menghilangkan salah satu putra terbaik bangsa di awal-awal kemerdekaan.
Akhir hidup Otto Iskandardinata yang tragis dan belum sepenuhnya terungkap menyisakan duka yang mendalam bagi bangsa Indonesia. Meskipun demikian, jasa-jasanya dalam membangun kesadaran nasional, mengorganisir rakyat, dan memperjuangkan kemerdekaan tidak boleh dilupakan. Gelar Pahlawan Nasional yang dianugerahkan kepadanya pada tahun 1973 adalah pengakuan atas pengorbanan dan kontribusinya yang besar bagi bangsa dan negara.
Sebagai generasi penerus, kita memiliki tanggung jawab untuk terus mengenang dan menghargai perjuangan Otto Iskandardinata Semangat “Si Jalak Harupat” yang berani, tegas, dan pantang menyerah dalam memperjuangkan kemerdekaan harus menjadi inspirasi dalam mengisi kemerdekaan dan membangun Indonesia yang lebih baik di masa depan. Kisah hidupnya adalah pengingat bahwa kemerdekaan yang kita nikmati saat ini adalah buah dari perjuangan panjang dan pengorbanan banyak pahlawan, termasuk Otto Iskandardinata, yang namanya patut diukir dalam tinta emas sejarah bangsa.