KoranMandala.com – Di tengah derasnya arus digitalisasi dan derasnya hiburan modern yang membanjiri generasi muda, seorang dalang muda asal Bandung, Senda Riwanda (27), menyuarakan kegelisahan sekaligus harapannya.
Ia ingin kesenian Sunda, khususnya wayang golek, tidak tenggelam dimakan zaman, melainkan kembali dicintai oleh anak-anak muda hari ini.
Kecintaan Senda pada wayang berawal sejak kecil. Ia masih ingat jelas ketika kakek dan orang tuanya kerap mengajaknya menonton pertunjukan wayang golek.
SDN 184 Buah Batu Gelar Peringatan Maulid Nabi, Suguhkan Wayang Golek hingga Santunan Yatim
“Dulu di televisi juga masih ada tontonan wayang golek. Saya disuruh nonton, lama-lama suka. Kan ada pepatah tak kenal maka tak sayang. Saya bisa mencintai wayang karena dikenalkan sejak kecil,” ungkapnya saat ditemui di Bandung.
Namun, ia menyadari situasi berbeda dialami generasi sekarang. Tayangan wayang hampir tak pernah hadir di televisi, sementara anak-anak lebih akrab dengan gawai dan hiburan instan. Menurutnya, inilah tantangan besar bagi para seniman.
“Sekarang pengenalan budaya, khususnya wayang golek, agak kurang. Saya harap ada kerjasama dari sekolah dan pemerintah untuk membantu para seniman memperkenalkan wayang kepada anak-anak SD, SMP, sampai SMA. Mungkin dengan program Wayang Go to School, Wayang Go to Campus, atau bahkan Wayang Go to Pesantren,” kata Senda penuh semangat.

Selain dorongan dari pemerintah, Senda menilai seniman juga harus mampu beradaptasi dengan zaman. Ia melihat digitalisasi bisa menjadi jembatan efektif untuk menarik perhatian generasi muda.
“PR kita sebagai dalang adalah bisa mengadaptasi kesukaan anak-anak zaman sekarang. Entah lewat bahasa gaul, cerita yang relevan, atau konten digital yang kreatif. Jadi ada kesinambungan antara seni tradisi dengan dunia mereka,” tambahnya.
Senda lahir di Bandung, 15 Juli 1998, dan tumbuh besar di Ciparay, Kabupaten Bandung. Sejak tahun 2013, ia sudah aktif mendalang dan kini membangun lingkung seni bernama Jagat Sunyaruri.






