KoranMandala.com –Persoalan kemacetan di Kota Bandung kembali menjadi sorotan publik. Warga menilai hingga kini belum ada langkah signifikan dari Wali Kota Bandung, Farhan, untuk menuntaskan masalah lalu lintas yang sudah lama menjadi momok di “Kota Kembang”.
Bagi sebagian pengendara, macet bukan lagi sekadar hambatan perjalanan, melainkan sudah menjadi ancaman bagi penghidupan. Bagus (34), seorang driver ojek online, mengaku bahwa pendapatannya semakin tergerus karena waktu habis di jalan.
“Ya ongkos gak seberapa, ibaratnya kalau macet, bensin habis, job cuma satu, ya udah. Gak narik, dapur gak ngebul. Kalau macet mempengaruhi segalanya, bikin yang tadinya sabar jadi gak sabar,” ujarnya dengan nada pasrah, Senin (29/9/2025).
LIPUTAN KHUSUS: Kemacetan Parah di Bandung, Bukti Buruknya Manajemen Transportasi
Macet Jadi Bukti Kegagalan Janji Kampanye
Salah satu janji kampanye Farhan adalah mengurai kemacetan dengan memperbaiki transportasi publik serta manajemen lalu lintas.
Namun, kondisi di lapangan justru menunjukkan sebaliknya. Hingga kini, tidak ada terobosan nyata yang mampu mengurangi kepadatan kendaraan, baik di pusat kota maupun kawasan penyangga.
Kemacetan bahkan semakin parah pada akhir pekan dan musim libur, ketika arus wisatawan masuk ke Bandung. Dampaknya bukan hanya dirasakan warga lokal, tetapi juga pelaku usaha hingga pekerja sektor informal.
Pengamat tata kota independen, Yudi Asep Arifin, menilai kemacetan di Bandung tidak bisa dilepaskan dari buruknya penataan ruang. Menurutnya, transportasi publik yang tidak memadai dan tata kota yang semrawut membuat Bandung kian terpuruk.
“Bandung punya modal besar sebagai kota sejarah, kota kreatif, bahkan destinasi wisata kelas dunia. Namun semua itu akan tergerus kalau fondasi dasarnya, yakni transportasi, tata ruang, dan lingkungan, tidak segera dibereskan,” kata Yudi.
Ia menegaskan, tanpa keberanian mengambil kebijakan strategis, Bandung akan semakin sulit keluar dari jeratan masalah klasik: macet, polusi, dan ketidaknyamanan publik.






