KoranMandala.com –Angkutan kota (angkot) yang pernah menjadi primadona transportasi masyarakat kini semakin ditinggalkan. Kehadiran layanan transportasi berbasis aplikasi membuat masyarakat beralih karena dinilai lebih praktis, cepat, dan tarifnya pun bersaing.
Wahidin (38), sopir angkot jurusan Stasiun Bandung–Lembang, mengaku penumpang angkot terus menyusut sejak maraknya transportasi online.
“Sehari paling hanya bawa 7 sampai 10 orang, itu pun kebanyakan jarak dekat. Buat bensin saja kadang masih tekor,” ungkapnya, Kamis (21/8/2025).
Gempa M 1,7 Guncang Bandung Barat, Diduga Berkaitan dengan Aktivitas Sesar Lembang
Menurutnya, penumpang angkot saat ini sebagian besar berasal dari kalangan lanjut usia (lansia) yang belum terbiasa menggunakan aplikasi. Untuk menarik perhatian, sejumlah kernet pun masih aktif membujuk calon penumpang di sekitar Stasiun Bandung.
Sementara itu, Diva (28), seorang pegawai PT KAI, mengaku lebih memilih transportasi berbasis aplikasi.
“Lebih mudah dan tidak perlu menunggu lama. Apalagi saya sering masuk kerja pagi, jadi harus tepat waktu,” katanya.
Fenomena ini menimbulkan tantangan baru bagi keberlangsungan transportasi umum tradisional. Di tengah gempuran layanan berbasis teknologi, muncul pertanyaan apakah angkot masih bisa bertahan tanpa adanya inovasi dan evaluasi dari pemerintah maupun pengelola. (Ilham/MG)






