Koran Mandala – Ruas Jalan Lingkar Timur Kuningan kini memiliki identitas baru. Jalan sepanjang 13 kilometer yang menghubungkan Tugu Ikan di Desa Sampora, Kecamatan Cilimus, hingga Tugu Sajati di Desa Ancaran, Kecamatan Kuningan, kini resmi menyandang nama Jalan Eyang Kyai Hasan Maulani.
Penetapan nama jalan ini diumumkan langsung oleh Bupati Kuningan, Dian Rachmat Yanuar, dalam kegiatan Penyelenggaraan Nama Rupabumi Unsur Buatan di Tugu Ikan, Rabu (30/4/2025). Dalam kesempatan itu, Pemkab Kuningan juga menetapkan penamaan 226 titik rupabumi lainnya di wilayah tersebut.
Ironi Kuningan: Surplus Beras tapi Masih “Juara 2 Termiskin di Jabar”
Bupati Dian menegaskan, penamaan ini bukan semata penanda administratif, melainkan wujud penghormatan atas jasa besar seorang ulama sekaligus pejuang bangsa. “Eyang Kiai Hasan Maulani adalah sosok inspiratif yang berjihad melawan penjajahan Belanda melalui dakwah Islam,” ucapnya.
Lebih lanjut, Bupati mengatakan bahwa nama besar sang ulama diharapkan menjadi suluh nilai patriotisme dan religiusitas bagi masyarakat yang melintasi jalan tersebut. “Kita lanjutkan jihad beliau dalam konteks hari ini: melawan kemiskinan dan kebodohan,” katanya.
Eyang Kyai Hasan Maulani merupakan ulama karismatik asal Desa Lengkong, Kecamatan Garawangi. Ia lahir pada 22 Mei 1782 dan pernah dibuang ke Manado oleh Belanda karena pengaruhnya yang besar di masyarakat.
Asisten Pemerintahan dan Kesra Setda Kuningan, Toni Kusumanto, menjelaskan bahwa sebelumnya nama Eyang Kyai Hasan Maulani sempat diabadikan untuk ruas jalan kecil di antara Desa Ancaran dan Karangtawang. Kini, nama tersebut digunakan untuk jalan strategis sebagai bentuk penghargaan lebih luas.
Mewakili pihak keluarga, H. Yusron Kholid, cicit Eyang Kyai Hasan Maulani dan mantan Kepala Kemenag Kuningan, menyambut baik keputusan ini. “Beliau adalah aset sejarah Tatar Sunda dan bangsa Indonesia,” ujarnya.
Sosok Eyang Hasan Maulani juga tercatat dalam buku Mengenang Sang Kyai Sedjati karya Abu Abdullah Hadziq. Ia dikenal sebagai ulama zuhud yang menjalani hidup penuh tirakat dan berkomitmen pada perjuangan rakyat. Filosofinya sederhana namun dalam: “Lamun hayang boga perah, kudu daek peurih.”