KoranMandala.com – Hamparan 8 hektar Wisata Alam Curug Sawer di Kecamatan Cililin, Kabupaten Bandung Barat, kini tinggal kenangan. Destinasi yang dikelola Perhutani KPH Bandung Selatan sejak 1970 bersama Lembaga Masyarakat Desa Hutan (LMDH) Wahana Mukti itu mati suri sejak pandemi Covid-19.
Pantauan di lapangan pada Kamis (14/8/2025) menunjukkan sejumlah fasilitas utama rusak parah. Toilet retak dan tak layak pakai, mushola kotor, jembatan kayu roboh, hingga jalur wisata yang licin, berlubang, dan ditumbuhi rerumputan liar. Tidak ada tanda perbaikan dilakukan.
Angga, warga Cililin yang ditemui saat berkemah untuk merayakan HUT Pramuka ke-64, mengaku memilih lokasi ini karena minimnya area outdoor di wilayahnya.
Persib Pastikan Lolos Ke ACL Two, Ini Jadwal Lengkap Pengundian Grup
“Di daerah Cililin sendiri, area outdoor khususnya cuma ada di Curug Sawer,” ujarnya.
Meski terbengkalai, kata Angga, kawasan ini masih dikunjungi warga sekitar setiap akhir pekan.
“Sampai sekarang tiap hari Minggu masih ramai warga yang jalan-jalan ke sini,” tambahnya.
Kerusakan tak hanya terjadi pada sektor pariwisata. Angga juga mengeluhkan infrastruktur pertanian yang ikut terdampak. Saluran irigasi dari arah barat rusak parah karena bendungan (dam) di wilayah Dawuan jebol, mengakibatkan sawah-sawah yang mengandalkan air dari Curug Sawer kekurangan suplai.
“Soalnya ada satu dam di wilayah Dawuan itu jebol, jadi aliran air untuk warga sebelah barat masih mengandalkan saluran irigasi dari sini,” keluhnya.
Kondisi ini menambah daftar panjang masalah yang membelit kawasan Curug Sawer—mulai dari penelantaran fasilitas, turunnya jumlah pengunjung, hingga ancaman terhadap sektor pertanian.
Pertanyaan besar pun muncul: mengapa tidak ada langkah pemulihan pasca pandemi? Apakah ini murni akibat keterbatasan anggaran, minimnya perhatian, atau lemahnya koordinasi dengan pemerintah daerah?






