KoranMandala.com – Kemacetan parah di Kota Bandung kian menjadi persoalan harian yang menggerus waktu, bahan bakar, dan pendapatan pengguna jalan serta pengemudi transportasi publik.
Para sopir angkot dan driver ojek online merasakan dampak paling langsung. Waktu habis terbuang di jalan, jumlah penumpang menurun, dan kompetisi dengan layanan berbasis aplikasi semakin ketat.
Seorang driver ojek online bernama Bagus (34) menyebut kemacetan Bandung sebagai “penyakit harian” yang merusak pendapatannya dan memaksa ia menambah jam operasional demi menutupi kebutuhan keluarga.
LIPSUS: Pengamat ITB Tawarkan Solusi Atasi Kemacetan Bandung, dari Smart Transport hingga TOD
Merespons tekanan publik, Wali Kota Bandung, Muhammad Farhan, mengusulkan konsep “Angkot Pintar”. Program ini menjanjikan trayek dinamis berbasis zona, integrasi GPS untuk pemantauan real-time, serta pembayaran non-tunai melalui aplikasi.
Namun Ketua Organda Kota Bandung, Neneng Juraidah, menegaskan hingga saat ini inisiatif itu masih sebatas wacana di atas kertas tanpa teknis implementasi rinci atau sosialisasi lanjutan.
Bandung Kota Termacet di Indonesia Versi TomTom, Wali Kota Ajak Kolaborasi
Pertanyaan besar kini mengemuka: sampai kapan pemerintah kota membiarkan kemacetan jadi rutinitas tanpa solusi yang berpihak pada mereka yang paling membutuhkan?
Video Selengkapnya cek di Koran Mandala TV





