Koran Mandala TV – Metode Waldorf menolak pendekatan pendidikan yang terlalu akademik sejak usia dini. Sebaliknya, ia mengutamakan permainan bebas, kreativitas, dan hubungan spiritual yang dekat antara anak dan lingkungannya. Menurut Ibu Kenny, anak-anak perlu melalui fase pertumbuhan yang selaras dengan ritme alam dan pengalaman hidup yang nyata—bukan hanya hafalan atau materi formal.
Ketua Asosiasi Waldorf Steiner Indonesia, Ibu Kenny Dewi, membedah isi bukunya _“Bermain dan Belajar Melalui Pendidikan Waldorf”_ yang bertumpu pada satu gagasan utama: bahwa dunia harus dikenalkan sebagai tempat yang baik, indah, dan layak bagi anak-anak usia 0–7 tahun. Konsep ini bertujuan membangun rasa aman, percaya, dan cinta terhadap kehidupan, yang akan menjadi dasar bagi perkembangan kepribadian anak.
Video ini juga menekankan pentingnya keterlibatan orang tua dalam proses pendidikan. Di usia 0–7 tahun, anak belum bisa membedakan antara “baik dan buruk” secara objektif, sehingga dunia yang mereka lihat sangat dipengaruhi oleh sikap, ekspresi, dan pola hidup orang dewasa di sekitarnya. Karena itu, orang tua memiliki peran kunci dalam membentuk citra dunia yang positif bagi anak.
Pendekatan Waldorf tidak hanya tentang kurikulum, tapi tentang bagaimana manusia pertama kali bertemu dengan kehidupan. Dengan menganggap dunia sebagai tempat yang penuh cinta, anak-anak akan tumbuh menjadi pribadi yang optimis, empatik, dan mandiri.
—
SUMBER:
Koran Mandala TV: https://www.youtube.com/watch?v=B_deLbNk2os