KORANMANDALA.COM – Pada Selasa 18 November 2025, dunia digital diguncang oleh insiden besar: Cloudflare down. Tepat pukul 11:20 UTC (18:20 WIB), jaringan Cloudflare mengalami kegagalan signifikan yang membuat jutaan situs web di seluruh dunia tidak dapat diakses.
Pengguna internet mendapati halaman error 5xx, menandakan kegagalan internal sistem Cloudflare. Gangguan ini bukan akibat serangan siber, melainkan kesalahan teknis pada sistem database yang memicu file konfigurasi Bot Management membengkak dua kali lipat dari ukuran normal.
File tersebut kemudian menyebar ke seluruh jaringan, menyebabkan perangkat lunak routing gagal berfungsi. Cloudflare sempat salah menduga adanya serangan DDoS skala besar, sebelum akhirnya menemukan akar masalah dan menghentikan propagasi file rusak. Layanan kembali normal sekitar pukul 17:06 UTC (00:06 WIB)
Cloudflare Mengecewakan Jutaan Penggunanya
Cloudflare adalah salah satu penyedia layanan keamanan dan distribusi konten terbesar di dunia. Menurut laporan CNBC, pada tahun 2024 lebih dari 20% situs web global bergantung pada Cloudflare untuk keamanan dan kecepatan akses.
Ketika Cloudflare down, dampaknya terasa langsung oleh pengguna biasa: dari e-commerce yang kehilangan transaksi hingga media sosial yang tidak bisa diakses.
CEO Cloudflare, Matthew Prince, menyatakan: “Outage (matinya sistem) seperti ini tidak bisa diterima. Kami tahu kami mengecewakan Anda hari ini, dan kami berkomitmen memastikan hal ini tidak terjadi lagi”, dilansir laman blog Cloudflare (19/11).
Dampak Luas ke Layanan Digital
Insiden Cloudflare down ini memengaruhi berbagai layanan penting: Core CDN dan keamanan: situs pelanggan menampilkan error 5xx, Turnstile: sistem verifikasi gagal dimuat, Workers KV: lonjakan error HTTP 5xx, Dashboard: sebagian besar pengguna tidak bisa login, Akses: autentikasi gagal secara luas.
Selain itu, email security sempat kehilangan akses ke sumber reputasi IP, mengurangi akurasi deteksi spam. Lonjakan trafik setelah pemulihan juga menambah beban pada sistem, membuat tim Cloudflare harus bekerja ekstra untuk menstabilkan jaringan.
Gangguan Terbesar Sejak 2019
Cloudflare co-founder dan CEO, Matthew Prince, meminta maaf dalam postingan resmi pada Selasa malam, seperti dilansir Mashable (19/11), mengatakan bahwa gangguan ini adalah yang terburuk yang pernah dialami perusahaan sejak tahun 2019,
Ia menambahkan bahwa selama lebih dari enam tahun terakhir, tidak ada insiden lain yang menyebabkan mayoritas trafik inti berhenti mengalir melalui jaringan Cloudflare.
Insiden Cloudflare down menunjukkan betapa rapuhnya ekosistem internet modern ketika satu pemain besar terganggu. Dalam hitungan jam, jutaan orang kehilangan akses ke layanan vital internet. ***






