KORANMANDALA.COM – Setiap 19 November, masyarakat dunia memperingati Hari Jurnalis Internasional. Peringatan ini mulai ditetapkan sejak 2002 sebagai bentuk penghormatan kepada jurnalis di seluruh dunia, khususnya mereka yang gugur saat bertugas.
Pada 2010, Perserikatan Bangsa-Bangsa atau PBB resmi memberikan dukungan dengan menekankan pentingnya keselamatan jurnalis dan kebebasan pers.
Berbagai data menunjukkan banyak jurnalis kehilangan nyawa ketika menjalankan tugas di lapangan.
Dilansir dari UNESCO, peringatan 19 November juga menjadi kesempatan untuk merenungkan pentingnya media yang bertanggung jawab dan etis. Di tengah maraknya informasi yang salah dan manipulatif, keberadaan jurnalis profesional sangat dibutuhkan untuk menjaga kualitas dan integritas berita. Dengan menghadirkan informasi yang terverifikasi, mereka berperan dalam membentuk opini publik yang sehat dan berdasarkan fakta.
Jurnalisme berawal dari Dinasti Han di Tiongkok, yang memanfaatkan buletin berita yang diterbitkan secara berkala. Namun, baru pada abad ke-17, publikasi yang melaporkan berita kepada masyarakat umum dengan cara yang terstandarisasi mulai muncul.
Teknologi percetakan massal seperti mesin cetak dikembangkan dan memungkinkan berdirinya surat kabar untuk menyediakan berita bagi khalayak yang semakin terpelajar. Catatan pertama tentang penerbit surat kabar swasta di Tiongkok berasal dari akhir Dinasti Ming pada tahun 1582.
Di Eropa, surat kabar pertama sering dikenal sebagai “Relation aller Fürnemmen und gedenckwürdigen Historien” karya Johann Carolus, yang diterbitkan pada tahun 1605 di Strasbourg.
Seiring dengan semakin lazimnya publikasi surat kabar dari waktu ke waktu, penerbit meningkatkan publikasi menjadi mingguan atau harian.
Pusat-pusat perdagangan seperti London, Amsterdam, dan Berlin memiliki konsentrasi surat kabar yang lebih besar. Amerika Latin mendirikan surat kabar pertamanya pada pertengahan hingga akhir abad ke-19.
Dukungan publik dibutuhkan agar jurnalis dapat bekerja tanpa tekanan dan ancaman. Selain itu, peringatan ini juga mengajak masyarakat memahami pentingnya kebebasan pers dalam demokrasi.
Kesadaran tersebut membantu memperkuat ekosistem media yang sehat dan bertanggung jawab. Beragam kegiatan dapat dilakukan untuk menghormati kerja jurnalis, termasuk mendukung dan menyebarkan informasi tentang peran jurnalisme.
