KORANMANDALA.COM – Putri Pakubuwono XIII sekaligus juru bicara Keraton Surakarta, GKR Timoer Rumbay Kusuma Dewayani, menegaskan bahwa prosesi jumenengan atau upacara kenaikan takhta Pakubuwono XIV Purbaya telah berlangsung sesuai aturan adat, Sabtu 15/11/2025.
Prosesi dilakukan di atas Watu Gilang, Siti Hinggil, dengan pembacaan Sabda Dalem di hadapan keluarga, kerabat, abdi dalem, dan tamu undangan.
Dalam ikrarnya, Purbaya bersumpah memimpin keraton serta berjanji untuk tetap bersama negara Indonesia dan memajukan Keraton Surakarta.
Guru PNS dan P3K di Kuningan Keluhkan Kewajiban Bayar Dana Partisipasi HUT PGRI ke-60
Sosok dan Profil Singkat KGPH Purbaya
Sebelum resmi dinobatkan, KGPH Purbaya telah diangkat sebagai putra mahkota pada 2022 dengan gelar KGPAA Hamangkunagara Sudibya Rajaputra Narendra Mataram.
Ia adalah putra bungsu Pakubuwono XIII yang sejak lama dipersiapkan untuk meneruskan takhta. Purbaya dikenal dekat dengan kalangan muda pecinta budaya, serta aktif dalam kegiatan keraton yang berorientasi pada pelestarian tradisi Jawa.
Polemik Raja Kembar di Keraton Solo
Meski penobatan Purbaya telah digelar, suksesi Keraton Surakarta tetap dibayangi konflik dualisme Raja.
Putra lain Pakubuwono XIII, KGPH Mangkubumi, sebelumnya dikukuhkan sebagai Pangeran Pati atau calon raja baru dengan gelar Pakubuwono XIV oleh sebagian keluarga dan didukung Lembaga Dewan Adat (LDA).
Kondisi ini melahirkan istilah “raja kembar”, karena dua tokoh berbeda sama-sama mengklaim gelar Pakubuwono XIV.
Purbaya Sah menurut paugeran adat
Dalam keterangannya, GKR Timoer menegaskan bahwa penobatan Purbaya sah menurut paugeran adat. “Sangat sesuai dengan paugeran, karena saya sudah menyiapkan dari lama, mana-mana yang harus dikumpulkan atau ditetapkan untuk menjadi sesuatu yang sah ketika pengangkatan seorang raja,” ujarnya.
Terlepas polemik keraton Solo dengan 2 penobatan raja yang berbeda. Bagi warga, raja baru bukan sekadar simbol adat, melainkan figur yang diharapkan mampu menjaga harmoni di tengah polemik internal.
Ribuan masyarakat yang hadir dalam prosesi jumenengan menunjukkan ikatan emosional kuat antara rakyat dan keraton Solo. ***






