KORANMANDALA.COM – Koreksi terhadap data populasi dunia bukan hanya soal statistik, tetapi tentang bagaimana memahami dinamika manusia di planet ini.
Dalam studi yang dipublikasikan, para peneliti dari University of Washington mengungkap bahwa metode perhitungan populasi global selama ini mungkin telah melebih-lebihkan jumlah manusia di Bumi.
Mereka menyoroti bahwa data sensus dari beberapa negara, terutama yang memiliki sistem pencatatan sipil yang lemah, sering kali tidak akurat. Hal ini menyebabkan proyeksi populasi global menjadi bias dan tidak mencerminkan kondisi sebenarnya.
Hari Kependudukan Dunia 2025 Diperingati di Kota Bogor, Fokus pada Pemberdayaan Remaja
Kesalahan Hitung Populasi Dunia
Salah satu penyebab utama kesalahan ini adalah penggunaan model statistik yang mengandalkan asumsi pertumbuhan linier, padahal kenyataannya pertumbuhan populasi sangat dipengaruhi oleh faktor-faktor lokal seperti kebijakan keluarga berencana, migrasi, dan tingkat kematian.
Kesalahan ini berdampak besar pada perencanaan kebijakan global, termasuk distribusi bantuan kemanusiaan, pembangunan infrastruktur, dan strategi perubahan iklim.
Menurut Dr. Adrian Raftery, profesor statistik dan sosiologi dari University of Washington, “Ketidakakuratan dalam data populasi dapat menyebabkan kesalahan besar dalam pengambilan keputusan global. Kita harus lebih berhati-hati dalam menafsirkan angka-angka ini.” dikutip Popular Mechanics 31/10/2025.
Perkiraan Populasi Dunia Saat Ini
Pada tahun 2024, populasi dunia diperkirakan mencapai 8,16 miliar jiwa. Namun, tren pertumbuhan menunjukkan perlambatan signifikan.
Data dari United Nations World Population Prospects 2024 mengungkap bahwa 63 negara telah mencapai puncak populasi mereka, termasuk Jepang, China, dan sebagian besar Eropa Timur.
Negara-negara ini kini menghadapi penurunan jumlah penduduk akibat rendahnya angka kelahiran dan meningkatnya usia harapan hidup.
Indonesia, bersama dengan India, Nigeria, dan Amerika Serikat, masih berada dalam fase pertumbuhan, namun diperkirakan akan mencapai puncaknya antara tahun 2050 hingga 2070.
Fenomena ini menunjukkan bahwa dunia sedang memasuki era baru demografi, di mana pertumbuhan populasi tidak lagi menjadi tantangan utama, melainkan penurunan dan penuaan penduduk.
Dampak Sosial Ekonomi dari Salah Hitung Populasi
Koreksi terhadap data populasi dunia memiliki implikasi besar terhadap kebijakan sosial dan ekonomi. Negara-negara yang sebelumnya diperkirakan akan mengalami lonjakan penduduk kini harus menyesuaikan strategi pembangunan mereka.
Misalnya, investasi dalam pendidikan dan kesehatan harus disesuaikan dengan proyeksi populasi yang lebih realistis.
Di sisi lain, negara dengan populasi yang menurun menghadapi tantangan dalam menjaga produktivitas ekonomi dan sistem pensiun.
Jepang, sebagai contoh, telah mengalami penurunan populasi selama lebih dari satu dekade dan kini mengandalkan teknologi serta kebijakan imigrasi untuk mengatasi kekurangan tenaga kerja.***
