Koran Mandala – Sejumlah tokoh budaya, akademisi, dan pemangku kepentingan kebudayaan di Jawa Barat berkumpul dalam rapat perdana pembentukan Dewan Kebudayaan Jawa Barat, yang digelar di Kantor Dinas Pariwisata dan Kebudayaan (Disparbud) Jawa Barat, Jumat, 20 Juni 2025.
Kepala Disparbud Jawa Barat, Iendra Sofyan, menegaskan pentingnya kehadiran dewan ini sebagai wadah strategis, bukan sekadar simbol administratif. “Dewan Kebudayaan harus jadi energi baru dalam mengejawantahkan nilai-nilai budaya dalam kehidupan keseharian warga Jawa Barat,” ujarnya.
Iendra juga menekankan bahwa Jawa Barat merupakan wilayah multikultural. Selain budaya utama suku Sunda, terdapat juga subkultur seperti Sunda Cirebon, komunitas Tionghoa, serta berbagai unsur budaya lain yang hidup berdampingan. “Multikulturalisme ini harus menjadi kekuatan dalam merumuskan arah kebijakan budaya ke depan,” imbuhnya.
Dalam pertemuan tersebut, turut dibahas wacana penetapan Hari Jadi Jawa Barat. “Gubernur menitipkan agar para tokoh memberikan masukan, apakah akan merujuk pada sejarah Pajajaran atau pada momen proklamasi kemerdekaan RI,” kata Iendra.
Sementara itu, Irjen Pol (Purn) Anton Charliyan selaku inisiator menyebut pembentukan Dewan Kebudayaan Jawa Barat sebagai langkah yang sudah sangat mendesak. Ia menyampaikan bahwa dirinya mendapat mandat langsung dari Menteri Kebudayaan, Fadli Zon, agar Jawa Barat segera membentuk dewan tersebut. “Saat ini baru dua provinsi yang punya Dewan Kebudayaan. Jawa Barat harus segera menyusul,” ungkap Anton yang akrab disapa Abah Anton.
Abah Anton menyatakan bahwa selama ini para tokoh budaya di Jawa Barat telah bergerak aktif dalam upaya pelestarian budaya, namun masih secara sporadis dan belum terkoordinasi dalam satu wadah bersama. “Dewan Kebudayaan Jawa Barat harus menjadi rumah bersama, yang menyatukan pandangan dan arah gerak budaya di Jabar,” ujarnya.
Ia menekankan, dewan ini bukan hanya forum diskusi para budayawan, tetapi lembaga strategis yang memberikan rekomendasi kebijakan kepada pemerintah daerah. Dewan juga bertugas menjaga identitas kultural sekaligus mendorong inovasi budaya yang berdampak langsung terhadap kehidupan sosial dan ekonomi masyarakat.
“Dengan mandat ini, Dewan Kebudayaan menjadi mitra aktif pemerintah, bukan hanya dalam pelestarian budaya, tetapi juga pembangunan karakter masyarakat Sunda yang cageur (sehat), bageur (berakhlak), pinter (cerdas), dan singer (proaktif),” tegasnya.
Nilai-nilai tersebut, kata Abah Anton, menjadi fondasi masyarakat Jawa Barat yang beradab, tangguh, dan siap menghadapi tantangan zaman.