Koran Mandala -Cara Gubernur Jawa Barat, Dedi Mulyadi, mendisiplinkan siswa bermasalah—termasuk yang terlibat tawuran dan geng motor—melalui pelatihan ala militer di barak TNI menuai pro dan kontra. Namun, Anggota DPRD Jabar dari Fraksi PKS, Tedy Rusmawan, memberikan usulan yang dianggap lebih komprehensif dan berkelanjutan.
Menurut Tedy, pendisiplinan berbasis militer memang penting untuk membentuk kedisiplinan, namun akan lebih optimal jika dilanjutkan dengan pembinaan akhlak dan karakter di pesantren.
“Secara pribadi saya setuju dengan pendekatan barak, tapi alangkah baiknya setelah itu mereka dikirim ke pesantren agar mendapatkan bimbingan akhlak dan pembentukan karakter secara utuh,” ujarnya kepada wartawan, Kamis 8 Mei 2025.
Tedy Rusmawan Prihatin Atas Kekalahan Sengketa Lahan SMAN 1 Bandung di PTUN
Tedy menekankan, pesantren telah terbukti mampu mencetak lulusan yang berperilaku baik dan berkarakter kuat.
“Belum ada cerita tawuran antar pesantren atau geng motor berbasis pesantren. Ini menunjukkan bahwa pesantren berhasil menciptakan kultur damai dan disiplin,” tambahnya.
Ia juga mendorong agar proses pembinaan tidak hanya dibebankan kepada pemerintah provinsi, tetapi harus melibatkan pihak sekolah, guru, dan orang tua. Sekolah, kata Tedy, harus lebih aktif datang ke rumah siswa bermasalah dan melibatkan Kepala Dinas Pendidikan untuk melakukan monitoring secara rutin.
“Identitas anak harus dilindungi, jangan diumbar. Yang kita benahi adalah perilakunya, bukan mempermalukan mereka. Negara harus hadir untuk melindungi dan membina,” tegasnya.
Tedy menyarankan agar guru agama juga diberdayakan lebih aktif dalam mendekati siswa yang membutuhkan perhatian khusus. Sebab, ketika guru formal tidak hadir, siswa bisa mencari arah pada guru yang dianggap memberi ketenangan dan solusi.
Ia berharap pendekatan kolaboratif ini menjadi solusi jangka panjang, bukan hanya penanganan sesaat.
“Gubernur punya inisiatif baik, tapi semua pihak harus ikut ambil peran, termasuk sekolah dan orang tua,” tandasnya.
1 Komentar
Setuju pa bagi yang beragama islam lanjut ke pesantren, dan yg diluar Islam, dididik oleh rohaniawan masing masing agamanya, masukan pa , pesantrennya jangan pesantren yang aneh aneh karena banyak kasus di pesantren dari mulai bullying , asusila sampai lesbi dan homo yang tidak terekspos