Koran Mandala -Langkah kaki ribuan warga Majalengka bergema di jalanan kota, Minggu pagi, 4 Mei 2025. Di bawah terik mentari, mereka berjalan dalam barisan tertib, membawa spanduk dan poster bertuliskan seruan boikot produk Israel. Aksi itu bukan sekadar unjuk rasa, melainkan ekspresi solidaritas lintas generasi yang menggema dari tanah Sunda untuk rakyat Palestina.

Gerakan ini dipelopori oleh Gerakan Masyarakat Muslim Majalengka (Gemma), sebuah aliansi masyarakat lintas organisasi Islam, yang terdiri dari Persatuan Islam, Nahdlatul Ulama, Muhammadiyah, PUI, hingga LDII. Mereka berkumpul dalam semangat yang sama: menunjukkan bahwa penderitaan Palestina bukan urusan jauh di seberang, melainkan luka yang dirasakan di sini juga.

Long march dimulai dari GGM Majalengka dan berakhir di depan Pendopo Kabupaten. Di sepanjang rute, suara orasi dan lantunan takbir bergema, menyentuh hati setiap warga yang menyaksikan. Di depan Alun-alun, para orator menyerukan pesan yang tegas: jangan beli produk Israel, karena itu dianggap menyakiti perjuangan rakyat Palestina yang tak berdaya menghadapi agresi dan penjajahan.

“Kita serukan boikot produk Israel, karena itu akan menyakiti warga Palestina,” kata Acep Saepudin, Ketua Aksi, saat menyampaikan orasi di depan massa. Baginya, aksi ini bukan sekadar demonstrasi sesaat, melainkan gerakan jangka panjang yang akan terus dikampanyekan.

Selain seruan boikot, Gemma juga menggalang donasi dari para peserta. Uang yang terkumpul nantinya akan disalurkan langsung kepada lembaga kemanusiaan yang membantu rakyat Palestina. Semangat solidaritas ini tak hanya bersifat emosional, tetapi juga nyata dalam bentuk bantuan dan aksi.

Produk-produk seperti Coca-Cola, Fanta, Pizza Hut, KFC, dan beberapa merek Unilever disebut sebagai target utama boikot. Para orator bahkan mengajak masyarakat untuk lebih cermat memilih produk, salah satunya dengan memanfaatkan aplikasi “NO” untuk memindai barcode dan mengetahui afiliasi produk tersebut.

“Jangan tergoda diskon besar-besaran dari produk mereka. Lebih baik beli produk lokal, bantu UKM kita sendiri yang jelas-jelas produk Muslim,” ujar orator lainnya, Roni Setiawan.

Di tengah deru langkah massa dan pekikan semangat, ada pesan yang tersampaikan dengan jelas: kepedulian terhadap Palestina bisa diwujudkan dari mana saja, termasuk dari kota kecil seperti Majalengka. Dengan boikot sebagai senjata damai, mereka berharap suara-suara dari Jawa Barat ini bisa menjadi bagian dari gelombang tekanan global yang mendesak keadilan dan kemerdekaan bagi Palestina.

Menyajikan berita dan konten-konten yang menarik tapi berkualitas dengan bahasa yang lugas. Menuju Indonesia lebih baik.

Leave A Reply

Exit mobile version