KORANMANDALA.COM – Warren Buffett, sosok yang selama puluhan tahun menjadi guru investasi dunia, akhirnya menyatakan “Saya akan diam (I’m Going Quiet).” Melansir Bloomberg (11/10/25), dalam surat terbarunya, Buffett mengumumkan akan berhenti menulis surat tahunan Berkshire Hathaway dan tidak lagi berbicara di pertemuan pemegang saham.
Keputusan ini menandai berakhirnya sebuah era, di mana kata-kata Buffett selalu menjadi rujukan investor global. Keputusan Warren Buffett untuk berhenti menulis surat tahunan dan berbicara di forum resmi menandai era baru bagi Berkshire Hathaway.
Dengan Greg Abel sebagai penerus, perusahaan akan menghadapi tantangan masa depan dengan fondasi kuat yang telah dibangun Buffett.
10+ Klub Sepak Bola Dunia di Bursa Saham: Pelajaran, Risiko Tren Jelang PERSIB IPO
Kisah Warren Buffett
Buffett, lahir di Omaha tahun 1930, dikenal sebagai “Oracle of Omaha” karena kemampuannya membaca pasar dengan jernih. Ia mengubah Berkshire Hathaway dari perusahaan tekstil yang merugi menjadi konglomerat bernilai lebih dari satu triliun dolar.
Selama lebih dari enam dekade, Buffett menulis surat tahunan yang bukan hanya laporan keuangan, tetapi juga penuh filosofi bisnis, humor, dan kebijaksanaan hidup.
Surat-surat itu menjadi bacaan wajib bagi investor, akademisi, hingga masyarakat umum yang mencari inspirasi.
Portofolio Investasi Warren Buffett
Dalam portofolio investasinya Warren Buffett selalu menunjukkan kekuatan strategi investasi jangka panjang. Melalui Berkshire Hathaway, ia masih menempatkan investasi terbesar pada Apple senilai lebih dari 63 miliar dolar AS, menjadikannya “raja” portofolio investasi saham.
Selain itu, kepemilikan saham dengan posisi besar juga ada di American Express, Bank of America, Coca-Cola, Chevron, dan Moody’s, yang masing-masing mencerminkan keyakinan Buffett pada perusahaan dengan brand kuat dan arus kas stabil.
Total portofolio saham Berkshire mencapai lebih dari 300 miliar dolar AS, dengan sekitar 28% di antaranya kini terdiversifikasi ke saham-saham yang terkait teknologi dan kecerdasan buatan seperti Apple dan Amazon.

Berkshire Hathaway, Sebuah Konglomerat Raksasa
Berkshire Hathaway pada 2025 tetap dikenal sebagai konglomerat raksasa dengan portofolio bisnis yang sangat beragam.
Warren Buffett mulai memimpin Berkshire Hathaway sebagai CEO pada tahun 1965. Sejak saat itu, ia mengubah perusahaan tekstil yang merugi menjadi konglomerat investasi terbesar di dunia, dengan portofolio bernilai ratusan miliar dolar
Unit bisnis utamanya bergerak di sektor asuransi melalui Geico dan Berkshire Hathaway Reinsurance Group, serta memiliki aset besar di transportasi lewat Burlington Northern Santa Fe (BNSF) Railroad dan di energi melalui Berkshire Hathaway Energy.
Selain itu, perusahaan juga menguasai berbagai bidang manufaktur, layanan, dan ritel, termasuk Precision Castparts dan Lubrizol.
Dengan lebih dari 392.000 karyawan dan kapitalisasi pasar yang mencapai ratusan miliar dolar, Berkshire Hathaway menjadi simbol kekuatan investasi jangka panjang dan diversifikasi bisnis yang solid.
Buffett Akan Berhenti Menulis
Dalam surat terakhirnya, Buffett menegaskan bahwa ia akan berhenti menulis dan berbicara di forum resmi Berkshire. Ia menyerahkan tongkat estafet kepada Greg Abel, wakilnya yang telah lama dipersiapkan.
Buffett menyebut Abel sebagai sosok yang melebihi ekspektasi, bahkan mengatakan, “Saya tidak bisa memikirkan seorang CEO, konsultan, akademisi, atau pejabat pemerintah yang lebih tepat untuk mengelola tabungan Anda dan saya.”
Warisan Pemikiran, Amal dan Donasi
Selain pengumuman pensiun menulis, Buffett juga menyampaikan donasi besar senilai lebih dari 1,3 miliar dolar AS. Dana tersebut dibagikan kepada empat yayasan keluarga: Susan Thompson Buffett Foundation, Sherwood Foundation, Howard G. Buffett Foundation, dan NoVo Foundation.
Ia menekankan bahwa anak-anaknya kini memiliki kapasitas penuh untuk mengelola warisan filantropi tersebut. Buffett ingin memastikan bahwa seluruh kekayaannya dapat dimanfaatkan untuk kepentingan sosial, bahkan setelah ia tiada.
Buffett, meski berusia 95 tahun, ia masih bekerja lima hari seminggu di kantor, membaca, dan berdiskusi dengan timnya. Ia mengakui bahwa ide-ide besar semakin jarang muncul, namun tetap ada.
Keputusan untuk “diam” bukan tanda menyerah, melainkan bentuk kebijaksanaan seorang maestro yang tahu kapan harus berhenti berbicara dan memberi ruang bagi generasi penerus.
Menurut Bill Gates, sahabat sekaligus rekan filantropi Buffett dalam Giving Pledge, “Warren telah menunjukkan bahwa kekayaan terbesar bukanlah uang, melainkan kebijaksanaan dan kemurahan hati.” ***






