KORANMANDALA.COM – Badai Melissa menghantam Jamaika dengan kecepatan angin 295 km/jam, menewaskan puluhan orang dan menyebabkan kerusakan hingga kerugian miliaran dolar.
Melissa, badai tropis dengan kekuatan yang belum pernah dialami Jamaika dalam beberapa dekade terakhir. Pada akhir Oktober 2025, badai kategori 5 ini menerjang wilayah barat daya Jamaika, membawa angin dengan kecepatan hingga 295 kilometer per jam.
Dalam hitungan jam, pulau yang dikenal dengan keindahan alam dan budaya hangatnya berubah menjadi puing-puing dan genangan air.
Kecepatan Badai Melissa Sekitar 295 km/jam
Menurut National Hurricane Center (NHC) Amerika Serikat, badai Melissa mencapai kecepatan angin maksimum berkelanjutan sebesar 185 mph atau sekitar 295 km/jam. Ini menjadikannya badai kategori 5, level tertinggi dalam skala Saffir-Simpson.
Kecepatan ini menghadirkan kekuatan angin yang mampu merobohkan bangunan, menumbangkan pepohonan besar, dan mengangkat atap rumah seperti kertas.
Di wilayah New Hope, St. Elizabeth, dan Westmoreland, angin Melissa merobek atap sekolah yang dijadikan tempat pengungsian. Jalanan berubah menjadi sungai lumpur, dan komunikasi terputus di banyak wilayah.
Badai tropis diklasifikasikan berdasarkan Skala Saffir-Simpson yang terdiri dari lima kategori:
- kategori 1 memiliki kecepatan angin 119–153 km/jam dan menyebabkan kerusakan ringan,
- kategori 2 dengan kecepatan 154–177 km/jam menimbulkan kerusakan sedang,
- kategori 3 berkisar 178–208 km/jam menyebabkan kerusakan besar dan pemadaman listrik luas,
- kategori 4 dengan kecepatan 209–251 km/jam dapat merusak struktur bangunan secara signifikan, dan
- kategori 5—yang merupakan tingkat tertinggi—memiliki kecepatan angin di atas 252 km/jam dan berpotensi menghancurkan bangunan, melumpuhkan infrastruktur, serta membuat wilayah terdampak tidak layak huni.
Kerugian Miliaran Dolar dan 28 Kehilangan Nyawa
Kerusakan akibat badai Melissa sangat luas. Menurut laporan dari AccuWeather, kerugian ekonomi di wilayah Karibia barat diperkirakan mencapai antara 48 hingga 52 miliar dolar AS. Di Jamaika saja, lebih dari setengah juta penduduk kehilangan akses listrik.
Rumah sakit, sekolah, dan infrastruktur publik mengalami kerusakan parah. Perdana Menteri Jamaika, Andrew Holness, menetapkan pulau itu sebagai daerah bencana nasional dan mengatakan bahwa “kerusakan signifikan” terjadi di berbagai sektor vital.
Melansir Sky News (2/11/2025), selain kerugian material, badai Melissa juga menelan korban jiwa. Pemerintah Jamaika mengonfirmasi 28 kematian, sementara total korban di seluruh Karibia mencapai lebih dari 50 orang.
Di Haiti, banjir besar akibat badai menyebabkan sungai La Digue meluap dan menewaskan sedikitnya 25 orang di kota pesisir Petit-Goave.
Bantuan Kemanusiaan
Di tengah kehancuran, bantuan mulai berdatangan. Pemerintah Inggris mengirimkan dana darurat sebesar £7,5 juta, termasuk 3.000 kit tempat tinggal dan 1.500 lentera tenaga surya untuk membantu warga yang kehilangan rumah dan listrik.
Organisasi seperti Palang Merah dan World Food Programme bekerja sama untuk memastikan bantuan mencapai daerah terdampak.
Situasi pasca-badai Melissa sebagai “bak kiamat,” menyoroti betapa mendalamnya dampak bencana ini terhadap kehidupan masyarakat Jamaica. ****






