KoranMandala.com – Pondok Pesantren Al Khoziny Buduran Sidoarjo tercatat sebagai salah satu pesantren tertua di Jawa Timur. Menurut sumber Nahdlatul Ulama (NU) Online pesantren ini berdiri sejak awal tahun 1920-an, pesantren ini didirikan oleh KH Raden Khozin Khoiruddin, menantu dari KH Ya’qub, pengasuh Pesantren Siwalanpanji.
Awalnya, bangunan pesantren didirikan sebagai kediaman bagi KH Moch Abbas, putra KH Khozin, yang baru kembali dari menuntut ilmu di Makkah selama satu dekade. Namun, antusiasme masyarakat terhadap kehadiran KH Abbas mendorong tempat tinggal tersebut berkembang menjadi lembaga pendidikan Islam.
Pesantren ini dikenal luas dengan nama “Pesantren Buduran” karena letaknya berada pada daerah kecamatan Buduran Sidoarjo. Pesantren ini dikenal luas dan telah melahirkan banyak ulama besar serta tokoh Nahdlatul Ulama terutama di Jawa Timur. Keilmuan Islam diwariskan dan diajarkan di pesantren ini dengan tradisi pengajaran kitab kuning dan tafsir Jalalain menjadi ciri khas pendidikan awal di Al Khoziny.
Golden Time Evakuasi Ponpes Sidoarjo, 72 Jam Penentu Nyawa 59 Korban yang Masih Tertimbun
Pengasuh generasi ketiga, KHR Abdus Salam Mujib, menyebutkan bahwa pesantren telah berdiri sejak tahun 1915–1920, meski beberapa sumber menyebutkan tahun 1926–1927 sebagai awal pendiriannya. Kesaksian alumni sepuh dari Yogyakarta turut memperkuat klaim usia pesantren yang telah melampaui satu abad. Mengutip dari laman Detik, sepeninggal KH Moch Abbas yang wafat pada 1978, kepemimpinan pesantren Al Khoziny dilanjutkan putranya, KH Abdul Mujib Abbas.
Seiring waktu, Al Khoziny mengembangkan pendidikan formal dengan mendirikan Madrasah Tsanawiyah pada tahun 1964, dan kini menaungi Institut Agama Islam Al Khoziny. Selain pendidikan, pesantren ini juga dikenal sebagai pusat spiritual dengan lima tarekat utama yang diajarkan KH Abdul Mujib Abbas kepada para santri. Lima taraket atau jalan spiritual yang meliputi: Belajar atau mengajar, Shalat berjamaah, Membaca Al-Qur’an, Shalat Witir dan Istikomah.
Kejadian Tragis Runtuhnya Musala Pesantren Al Khoziny
Pada Senin, 29 September 2025, musala Pondok Pesantren Al Khoziny Buduran, Sidoarjo, ambruk saat digunakan ratusan santri untuk salat Asar berjemaah. Bangunan empat lantai yang baru selesai pengecoran di bagian atas runtuh secara beruntun hingga menimpa lantai dua tempat para santri beribadah.
Seorang santri kelas tujuh MTs Al Khoziny, Wahid, menjadi saksi mata kejadian tersebut. “Ketika masuk rakaat kedua, bagian ujung musala ambruk, lalu merembet ke bagian lain gedung,” ujar Wahid, seperti dikutip dari Antara. Ia berhasil menyelamatkan diri dan membantu beberapa temannya keluar dari reruntuhan.
Petugas Evakuasi Ajak Korban Berbicara di Tengah Reruntuhan Musala Ponpes Al-Khoziny
Sementara itu, ahli struktur bangunan dari ITS Surabaya, Muji Hermawan, menyebutkan bahwa insiden ini merupakan kegagalan konstruksi murni. “Kondisi bangunan sangat kompleks karena empat lantai runtuh saling menimpa,” jelas Muji, seraya menekankan pentingnya pelibatan ahli teknik sipil dalam pembangunan fasilitas publik seperti pesantren.
Hingga hari ini, Jumat 3/10/2025, proses evakuasi masih dilakukan oleh tim gabungan dari Basarnas, BPBD, TNI-Polri, dan relawan. Tim penyelamat bekerja hingga siang malam untuk menyelamatkan santri yang terjebak di bawah puing-puing bangunan.
Dugaan awal menyebutkan bahwa struktur bangunan tidak mampu menahan beban cor yang belum mengeras sempurna.***






