Sabtu, 27 September 2025 19:36

Ia juga menyayangkan bahwa anak-anak diminta menyusun sendiri menu dengan sayuran, yang menurutnya bukan cara yang tepat untuk program gizi.

Respons dari Badan Gizi Nasional

Kepala BGN, Dadan Hindayana, merespons bahwa variasi menu burger atau spageti sering kali muncul atas permintaan anak-anak agar tidak bosan.

Korban Keracunan MBG Bandung Barat Tembus 842 Siswa dalam 3 Hari: Siapa Bertanggung Jawab?

Ia mengaku menerima masukan dari kritik dan akan mengevaluasi menu di MBG.

“Sering kali itu variasi atas permintaan anak-anak agar tidak bosan,” kata Dadan kepada wartawan, Jumat (26/9/2025).

Usulan Menu Lokal

Tan Shot Yen menuntut agar setidaknya 80% menu MBG berasal dari pangan lokal. Ia berharap anak di wilayah Papua bisa menikmati ikan kuah asam, anak di Sulawesi bisa makan kapurung, dan seterusnya.

Menurut Tan, penguatan menu lokal tidak hanya lebih sehat tetapi juga mendukung kemandirian pangan. Ia menolak pola yang terlalu mengikuti “keinginan anak” bila menu tersebut tidak sehat.

“Memang ada anak yang tidak suka pangan lokal karena belum terbiasa. Tapi bukan berarti permintaan itu harus selalu dituruti oleh pihak dapur.”

Mengapa Menu Lokal Penting?

  • Pangan lokal cenderung segar, mudah diperoleh, dan lebih murah.

  • Penerapan menu lokal mendorong petani daerah dan rantai distribusi lokal.

  • Menu lokal lebih terlacak dari segi kualitas dan keamanan pangan.

  • Anak lebih terbiasa mengenal cita rasa daerahnya sendiri sejak dini.

Karena itu, penggunaan burger dan spageti dalam konteks MBG bukan hanya menyimpang dari tujuan gizi, tetapi juga mengabaikan aspek keberlanjutan pangan lokal.*

1 2
Exit mobile version