KoranMandala.com – Gubernur Jawa Barat Dedi Mulyadi menghadiri sidang istimewa paripurna DPRD Kota Bandung dalam rangka peringatan Hari Jadi Kota Bandung (HJKB) ke-215, Kamis (25/9/2025) di Gedung DPRD Kota Bandung Jalan Sukabumi no 30.
Dalam kesempatan itu, Dedi tampil mengenakan pakaian serba putih dengan iket putih. Ia menyampaikan pidato menggunakan bahasa Sunda. “Nyaritana make basa indung, ngarah karuhuna ngartieun” (Berbicara dengan bahasa ibu, agar leluhur mengerti), ujarnya.
Sejumlah tokoh hadir, di antaranya Popong Otje Djundjunan, mantan Wali Kota Bandung Dada Rosada, anggota DPR RI Habib Syarief Muhammad, serta Ketua DPRD Jawa Barat Buky Wibawa.
Lipsus : Bandung Jadi Kota Termacet, Cermin Gagalnya Tata Kelola Transportasi
Dedi menekankan konsep pembangunan berlandaskan falsafah Sunda. “Ceuk urang Sunda, ngawanun téh kudu nu kadeuleu, nu kareungeu, nu karasa” (Kata orang Sunda, membangun harus terlihat, terdengar, dan terasa).
Ia juga menyinggung keberhasilan Belanda dalam perencanaan tata ruang yang berbasis pengetahuan. Sebaliknya, ia menilai pembangunan di Bandung masih dikerjakan secara tidak terencana. “Ari urang pangwangunan kumaha? Saingetna, sahabekna. Ahirna naon? Bandung heurin ku tangtung” (Bagaimana pembangunan kita? Seingatnya, semau-maunya. Akhirnya Bandung penuh sesak).
Gubernur dengan lebih dari 8,37 juta pengikut di YouTube selanjutnya menekankan bahwa sebagai ibu kota Jawa Barat, Bandung seharusnya menjadi kota yang paling unggul. Oleh karena itu ia mendorong agar pembangunan Bandung difokuskan pada penataan drainase, anak sungai, dan sungai, serta penyusunan lanskap baru yang berorientasi pada penanganan kemacetan dan banjir.
Dedi mengajak walikota Bandung, M.Farhan agar pada tahun 2027 Bandung sudah terbebas dari banjir, saluran tersumbat, dan bangunan liar di sekitar aliran sungai.