KoranMandala.com – Di balik program unggulan Kangpisman (Kurangi, Pisahkan, Manfaatkan) yang digagas Pemerintah Kota Bandung sejak 2019, masih banyak cerita perjuangan di lapangan yang luput dari sorotan. Salah satunya datang dari TPS3R (Tempat Pengolahan Sampah Reduce Reuse Recycle) Saling Asih II di wilayah Kelurahan Maleer, Kecamatan Batununggal.
Agus Iin (67), pengelola TPS3R Saling Asih II, menyampaikan bahwa mereka harus bertahan dengan kondisi alat yang minim dan upah yang jauh dari layak. “Kami hanya dapat mesin ayak dan pencacah dari Dinas Lingkungan Hidup (DLH), sisanya seperti sekop, garpu, dan alat manual kami beli sendiri. Kalau rusak ya kami perbaiki dengan dana pribadi,” katanya saat ditemui, Kamis (17/7/2025).
TPS3R Ubermanik Mandek, Janji Dukungan Alat Kangpisman Tak Kunjung Terpenuhi

Bahkan, mesin pencacah sampah yang menjadi tulang punggung proses daur ulang telah rusak sebanyak empat kali dan ditangani sendiri tanpa bantuan teknis dari DLH.
Persoalan tidak berhenti di peralatan. Agus juga menyebut bahwa jumlah tenaga kerja sangat kurang. “DLH kontrak hanya lima orang. Tapi kebutuhan kami sepuluh. Upah Rp4 juta dikalikan lima lalu dibagi sepuluh. Kami hanya terima Rp2 juta per bulan,” ujarnya.
Ia menambahkan bahwa belum pernah ada kunjungan langsung dari pejabat Pemkot Bandung maupun DLH ke lokasi TPS3R. Selama ini, hanya kelurahan dan kecamatan setempat yang aktif melakukan pemantauan.
Meski demikian, semangat para pengelola TPS3R tetap tinggi. Seluruh mesin dijaga dan dirawat secara rutin oleh petugas. Mereka berharap ada perhatian serius dari pemerintah agar program Kangpisman tidak hanya menjadi slogan kosong.
“Kami sudah ajukan permintaan tambahan mesin karena yang sekarang sudah aus, tapi belum ada realisasi. Kami kerja tetap jalan dengan alat seadanya,” pungkas Agus.
Di balik tumpukan sampah, ada tangan-tangan yang berjuang menjaga lingkungan. Jika mereka terus diabaikan, maka mimpi Bandung bebas sampah bisa jadi hanya utopia.






