Minggu, 21 September 2025 13:33

Koran Mandala – Program unggulan Pemerintah Kota Bandung, Kangpisman (Kurangi, Pisahkan, Manfaatkan), kembali menjadi sorotan. Kali ini, warga di sekitar TPS Dago Elos, Kecamatan Coblong, mengeluhkan ketidakjelasan pelaksanaan program yang digadang-gadang sebagai solusi pengelolaan sampah itu.

Tumpukan sampah yang sempat menggunung hingga meluber ke jalan baru diangkut setelah warga mengeluh keras. Endang (63), pengelola TPS Dago Elos yang telah 25 tahun mengabdi, menyebut kondisi itu sebagai hal yang kerap terjadi akibat lambannya respons pemerintah.

Sampah Menumpuk Dua Tahun di Ciroyom, Baru Disorot Setelah Aksi Warga 

“Baru kemarin diangkut, sampai tujuh truk—empat tronton, tiga kontainer. Tapi itu karena sudah viral, sebelumnya dibiarkan penuh,” ujarnya saat ditemui, Rabu (16/7).

Endang menyebut keterlambatan pengangkutan sampah adalah hal lumrah. Respons hanya muncul jika permasalahan telah ramai di media atau jadi pembicaraan publik. “Harus ribut dulu baru diperhatikan,” katanya.

Lebih miris lagi, ia mengungkapkan bahwa dirinya dan petugas TPS tidak pernah digaji secara layak. “Selama 25 tahun ngurus sampah, belum pernah punya gaji. Cuma ngandelin iuran warga seribu sampai lima ribu rupiah. Itu pun untuk makan petugas,” ungkapnya.

Endang menilai, Kangpisman gagal diterapkan secara nyata di lapangan. Menurutnya, program tersebut hanya sebatas slogan tanpa aksi konkret.

“Gagal total. Cuma jadi orientasi, nggak ada prakteknya. Nyuruh memilah sampah, tapi fasilitas nggak ada. Alat, air, listrik pun tak tersedia. Yang nyuruh mah gampang, yang ngerjain yang repot,” ucapnya.

Selain minim fasilitas, Endang juga menyoroti kurangnya pengawasan atas waktu dan volume pembuangan. Akibatnya, TPS sering kali penuh dalam semalam karena dibanjiri sampah dari luar wilayah.

“Kami tetap jalankan prinsip pemilahan, tapi keterbatasan alat bikin repot. TPS seringkali langsung penuh dalam satu malam,” ujarnya.

Situasi di TPS Dago Elos mencerminkan ketidaksinkronan antara kampanye program dan kenyataan di lapangan. Warga berharap, Pemerintah Kota Bandung tidak hanya menjadikan Kang Pisman sebagai jargon, tetapi menghadirkan dukungan nyata untuk pengelolaan sampah yang berkeadilan bagi masyarakat akar rumput.

Comments are closed.

Exit mobile version