Close Menu
    Rabu, 14 Mei 2025 6:31
    YouTube Instagram TikTok Facebook
    Koran MandalaKoran Mandala
    • Home
    • Jabar Istimewa
    • Peristiwa
      • Daerah
      • Opini
      • Bunga Rampai Seorang Jurnalis
      • Video
    • Politik
      • Majalah Digital
    • Ekonomi
      • Bank BJB
      • PLN
    • Edukasi
    • Hukum
    • Hiburan
    • Tekno
    • Sport
    Koran MandalaKoran Mandala
    Home»Opini

    Ironi 116 Tahun Kebangkitan Nasional Saat Ini

    Tampak benar perbedaannya, dulu di jaman Boedi Oetomo meski kita masih dalam kondisi terjajah, namun dengan sangat Gagah dan berwibawa saat itu Indonesia tidak perlu membuat pesta yang mewah namun dimata dunia kita masih memiliki marwah.
    Senin, 20 Mei 2024 6:01 WIB
    Facebook Twitter WhatsApp Tumblr Pinterest Copy Link
    roy-suryo-new

    Oleh : Dr. KRMT Roy Suryo (Pemerhati Telematika, Multimedia, AI & OCB Independen – Anggota APDI, Aliansi Penegak Demokrasi Indonesia)

    HARI ini, Senin 20 Mei 2024 seharusnya Seluruh Rakyat Indonesia dengan Optimis memperingati 116 tahun Peristiwa Kebangkitan Nasional yang sekarang dikenal luas sebagai HarKitNas / Hari Kebangkitan Nasional setiap tahunnya. Oleh karena itu hari ini juga dipilih APDI (Aliansi Penegak Demokrasi Indonesia) untuk memulai rangkaian NoBar Film “Dirty Election” & Diskusi “Membongkar Aktor Intelektual Kejahatan Pilpres 2024” di berbagai kota Indonesia. Dimulai dari Heyoo Kafe di Jln Kapten Tendean 41 pukul 13.00 WIB kegiatan ini akan berlangsung juga di Bandung, Semarang, Jogja, Surabaya dan seterusnya.

    Menilik sejarahnya, peristiwa HarKitNas dimulai saat hari Rabu 20/05/1908 berdiri sebuah Organisasi bernama Boedi Oetomo di Hindia Belanda, sebelum negara ini bernama Indonesia. Didirikan oleh para pelajar School tot Opleiding van Inlandsche Artsen (STOVIA) di Batavia / Djakarta dan digagas oleh Dokter Soetomo, Wahidin Soedirohoesodo, Goenawan Mangoenkoesoemo & Soeradji, Organisasi ini sempat berkiprah dalam perjuangan pergerakan awal sebelum Indonesia mencapai kemerdekaannya. Sayangnya Boedi Oetomo memang tidak sampai saat Indonesia benar-benar merdeka, karena sudah dibubarkan 10 tahun sebelumnya, yakni 25/12/1935 di Kongres Solo.

    Hal terpenting yang saya tekankan di sini adalah cita-cita dan filosofi dibalik nama “Boedi Oetomo”, dimana 2 kata ini berasal dari bahasa Sanskerta. Kata pertama “bodhi atau buddhi” berarti keterbukaan jiwa, kesadaran, akal, atau pengadilan. Sementara kata kedua “Oetomo” berasal dari kata “uttama” yang berarti tingkat pertama atau sangat baik; kata ini juga berarti kebajikan & kesempurnaan dalam bahasa Jawa. Maka, Boedi Oetomo kerap diartikan sebagai “usaha bagus” atau “usaha mulia”, bisa juga sebagai “usaha murni” atau “usaha tinggi”.

    Mengapa arti “Boedi Oetomo” tersebut penting untuk kita bangkitkan kembali setelah 116 tahun berlalu? Karena sekarang ini jangankan sampai Usaha Mulia, karena untuk melakukan Usaha yang Benar saja sudah seperti tidak mau dilakukan. Praktise semua Usaha yang dilakukan Rezim ini sudah bak Panggang jauh dari Api alias jauh dari cita-cita awal Para Pejuang kemerdekaan Indonesia tempo doeloe. Lihat saja Revisi berbagai Undang-undang yang saat ini dikebut pembahasannya: RUU MK, RUU Kementerian hingga RUU Penyiaran, semuanya tampak tergesa dilakukan dan wajar jika banyak yang mengatakan “demi memenuhi syahwat kekuasaan” Rezim belaka.

    Embrio dari pembuatan berbagai UU yang tidak amanah dan jauh dari sifat kerakyatan ini dimulai saat perubahan UU KPK, kemudian RUU Cilaka yang setelah namanya dihaluskan menjadi UU Ciptaker, esensinya tetap benar-benar “cilaka” bagi masyarakat. Selanjutnya UU IKN yang sangat tampak nafsunya untuk sekedar memuaskan kepentingan (bisnis?) segelintir orang saja, terbukti dengan pengesahannya yang terburu-buru dan hanya dilakukan oleh 80-an Anggota DPR-RI secara real fisik kehadiran (meski dipakai alasan “Covid-19” saat itu, alias hanya secara “online”), namun kalau melihat total Anggota yang seharusnya 575 orang, tampak keterlaluan rekayasa Kuorumnya ini.

    Oleh karenanya bisa dipahami sekarang kalau (katanya) semua Calon Investor pada “mengantri” di IKN, namun setelah berulangkali sampai dilakukan sowan ke mereka semua, mulai dari Asia sendiri, hingga Arab sampai Eropa, nyaris tak terdengar hasilnya. Mulai dari Raksasa Finansial Jepang yang mundur, bahkan investor dalam negeri sekelas Djarum dan Wings group meminimalisasi rencana investasinya (untuk tidak mengatakannya “batal”). Meski terakhir nama Elon Musk tampak mau melakukan investasi produk StarLink-nya di IKN, namun itupun juga setelah berbagai kemudahan diberikan di sana, termasuk penyambutannya bak Kepala Negara secara khusus saat menghadiri gelaran WWF / World Water Forum di Bali kemarin.

    Soal batalnya sebagian besar investor yang mau masuk Indonesia di atas sebenarnya sangat miris bila dilihat berbagai fasilitas dan keistimewaan yangdiberikan kepada mereka ketika digadang-gadang untuk bisa masuk di era Rezim ini. Lihat saja Apple yang tidak jadi invest setelah diterima di Istana Negara, meski sebelumnya hanya sekedar mau mendirikan Lembaga Pendidikan. Belum lagi kalau melihat sektor lain misalnya Otomotif, barusan Peugeot angkat kaki, disusul Nama besar Sepatu Bata yang menutup Pabriknya di sini, padahal keduanya sudah ada semenjak puluhan tahun bahkan sebelum Indonesia merdeka, sejaman dengan Boedi Oetomo saat gencar melakukan pergerakannya.

    Jadi disinilah tampak benar perbedaannya, dulu di jaman Boedi Oetomo meski kita masih dalam kondisi terjajah, namun dengan sangat Gagah dan berwibawa saat itu Indonesia tidak perlu membuat pesta yang mewah namun dimata dunia kita masih memiliki marwah. Sedangkan sekarang meski Indonesia sudah merdeka dan berusaha menyambut mereka dengan pesta-pesta, namun kenyataannya kita tidak berdaya dan dimata dunia tidak ada apa-apanya. Memang ini tidak lepas dari ulah Rezim yang salah urus semuanya, mulai dari tidak bisa merawat Reformasi, gagal dalam berbagai Investasi, penuh Kolusi dan Korupsi, bahkan hingga merusak Demokrasi.

    Mengapa saya sering menulis “kalau saja Pahlawan dan Tokoh-tokoh” di Republik ini menyaksikan apa yang sekarang terjadi, mulai dari Ki Hajar Dewantara, Para pendiri Boedi Oetomo (dr Soetomo, dkk), hingga Azyumardi Azra dan Salim Said yang kesemuanya telah meninggalkan Nama baiknya, mungkin beliau-beliau juga tidak akan rela dengan sekarang yang terjadi di Republik yang dulu ikut dibesarkannya. Bagaimana tidak, Indonesia yang dicita-citakan kini tampak makin jauh dari Janji Kemerdekaan yang ikut digagasnya, bahkan tampak hanya menjadi seperti “jarahan” oknum tertentu yang seharusnya mengemban kepercayaan dari Rakyat, bukan mengkhianatinya.

    At last but not least, sebenarnya Indonesia masih punya harapan untuk memandang jauh kedepan, namun harus berani bersikap dan tidak ikut-ikutan edan. Dari sisi ekonomi, menurut data Badan Pusat Statistik (BPS), konsumsi rumah tangga pada triwulan IV th 2023 hanya tumbuh 4,47 % secara tahunan (year on year), turun dari triwulan III-2023 yang tumbuh 5,06 % secara tahunan, serta dibandingkan dengan triwulan IV-2022 yang sebesar 4,5 %. Kondisi ini jelas menunjukkan bahwa negara ini sedang “tidak baik-baik saja” tetapi tetap sok bergaya mewah & punya program-program Absurd seperrti Pembangunan tergesa-gesa IKN dan juga Makan Siang Gratis. Banyak Korupsi dan Kolusi makin menjadi-jadi, belum lagi soal rencana Jurnalis & Media yang dikebiri ditambah Kematian Demokrasi, jelas Ironi di Peringatan 116 tahun Kebangkitan Nasional hari ini.- ***

    Indonesia pendidikan
    Dr KRMT Roy Suryo, M.Kes
    • Website

    Pemerhati Telematika, Multimedia, AI & OCB Independen

    BERITA LAINNYA

    Ilustrasi Penegakkan Hukum

    Ultimum Remedium

    Daddy Rohanady, Anggota Komisi IV DPRD Jawa Barat

    Keajaiban PPDB Cuci Raport Hingga Pemalsuan Prestasi?

    Ilustrasi Perjalanan Seorang Muslim

    Cinta sebagai Inti Agama

    Gubernur Jawa Barat, Dedi MulyadiBerpakaian Serba Putih

    Gubernur Konten

    Direktur Strategic Partnership & International Office Tel-U, Lia Yuldinawati, S.T., M.M., Ph.D

    Lia Yuldinawati: Inspirasi Perempuan Indonesia di Panggung Teknologi Asia

    Gibran Rakabuming Raka

    Mas Gibran, Riwayatmu Ini…

    Add A Comment

    Comments are closed.

    BERITA TERBARU

    PT LIB Geser Jadwal Pekan Terakhir BRI Liga 1, Ini Tanggal Terbarunya!

    Beberapa Pemain Inti Absen, Begini Tanggapan Bojan Hodak

    Komdis PSSI Jatuhkan Sanksi Berat: PSM, PSS, dan Persis Jadi Sorotan

    Pertumbuhan Ekonomi Jabar Q1-2025 Kalah Cepat dari Banten, DIY, dan Jatim

    Menjadi Musim Terakhirnya, Bojan Hodak Pastikan Akan Beri Menit Bermain Bagi Igbonefo

    Bupati Garut Berduka: 13 Tewas Ledakan Amunisi, Identifikasi Jadi Kendala

    Jelang Kongres 2025: PDIP Banjar Solid Dukung Megawati Jadi Ketum Lagi

    Ngalaksa Rancakalong 2025: Lestarikan Tradisi, Dongkrak Wisata Budaya Sumedang

    Tersulut Emosi Oleh Ulah Murilo Mendes, Henhen Herdiana : Itu Reaksi Spontan Yang Tak Patut Dicontoh

    Gubernur Jabar Dedi Mulyadi Kunjungi Korban Ledakan Amunisi di Garut

    LIHAT SELENGKAPNYA

    PT MANDALA DIGITAL MEDIA
    Jl. Waluh No 12, Malabar,
    Kecamatan Lengkong,
    Kota Bandung, Indonesia

    bisniskoranmandala@gmail.com

    KANAL BERITA

    • Peristiwa
    • Politik
    • Ekonomi
    • Hukum
    • Edukasi
    • Tekno
    • Sport
    • Hiburan
    • Opini
    • Indeks

    MANDALA MEDIA NETWORK

    • Kuningan
    • Garut
    • Karawang
    • Bogor
    • Sukabumi
    • Tasikmalaya
    • Ciamis

    LINK HALAMAN

    • Tim Redaksi
    • Pedoman Media Cyber
    • Kebijakan Privasi
    • Tentang Kami

    SOSIAL MEDIA

    YouTube Facebook Instagram TikTok

    Copyright @2025 KoranMandala.com
    All right reserved

    Type above and press Enter to search. Press Esc to cancel.