Close Menu
Koran Mandala
  • Home
  • Peristiwa
  • Daerah
  • Politik
  • Hukum
  • Ekonomi
  • Edukasi
  • Sport
  • Liputan Khusus
  • Otomotif
  • Tekno
  • Game
  • Hiburan
  • Wisata
  • Opini
Facebook Instagram YouTube TikTok
Rabu, 19 November 2025 21:29
YouTube Instagram TikTok Facebook
Koran MandalaKoran Mandala
  • Home
  • Peristiwa
    • Daerah
    • Nasional
    • Video
    • Bunga Rampai Seorang Jurnalis
  • Politik
    • Majalah Digital
  • Ekonomi
    • PLN
    • Bank BJB
  • Hukum
  • Edukasi
  • Liputan Khusus
  • Sport
    • Otomotif
  • Tekno
    • Game
  • Hiburan
    • Wisata
    • Ragam
  • Opini
Koran Mandala
  • Home
  • Peristiwa
  • Daerah
  • Politik
  • Hukum
  • Ekonomi
  • Edukasi
  • Sport
  • Liputan Khusus
  • Otomotif
  • Tekno
  • Game
  • Hiburan
  • Wisata
  • Opini
Home»Opini»Soal Naturalisasi, untuk dan Demi Merah-Putih

Soal Naturalisasi, untuk dan Demi Merah-Putih

Opini Rabu, 27 Maret 2024 15:34 WIB
Twitter Tumblr Facebook WhatsApp
PSSI kebut proses naturalisasi pemain diaspora agar bisa membela Timnas Indonesia
PSSI kebut proses naturalisasi pemain diaspora agar bisa membela Timnas Indonesia (pssi.org)

M Nigara, wartawan sepakbola senior

ALHAMDULILLAH, Rizky Ridho dan kawan-kawan berhasil menjaga asa Merah-Putih di babak kualifikasi Puala Dunia 2026, grup F, Zona Asia, setelah Selasa malam (26/3/2024) menggilas Vietnam, 3-0, di Stadion My Dinh, Hanoi. Dua dari tiga gol dicetak oleh dua pemain yang baru saja dinaturalisasi.

Kemenangan ini sekaligus memukuskan langkah kita untuk bisa maju ke babak ketiga. Kemenangan ini pula mengulang hasil serupa, di tempat yang sama, 21 tahun silam. Tepatnya, 11 Desember 2003, dalam ranah Piala AFF. Dari catatan yang ada, 29 kali kita bertemu, 10 kali menang, 11 kali draw, dan delapan kali kalah.

Jay idzes mengoyak gawang Filip Nguyen pada menit kesembilan, 1-0. Dan, Ragnar Oratmangoen memperbesar kemenangan menjadi 2-0, menit 23. Lalu, Ramadhan Sananta, spesialis ujung tombak pengganti melengkapi, 3-0 pada masa injury time (90+8).

Kemenangan itu sungguh di luar dugaan. Saat saya diwawancara tvOne, beberapa jam sebelum laga, saya dan kita semua berharap timnas tetap menang, tapi skornya ya, 1-0. Saya sepakat dengan penyiar Putri Windasari, My Dinh sangat tidak ramah dengan timnas kita. Itu sebabnya saya hanya memberikan 1-0, tentu sambil deg-degkan.

Bahwa akhirnya kita bisa menang 3-0, itu adalah buah dari kesabaran dan keseriusan perencanaan. Semoga, meski masih panjang dan berliku, perjalanan tim Shin Tae-yong saat ini sudah semakin mendekati jalan yang benar.

Demi Merah-Putih

Kebahagiaan saya pribadi, mudah-mudahan juga dirasakan oleh sahabat-sahabat saya: Yesayas Oktovianus (Kompas), Erwiantoro alias Cocomeo, Reva Dedy Utama (antv/tvone), dan Iman Arief yang Januari 2009 akhir, ditugaskan secara informal oleh PSSI untuk melakukan penjajakan terkait naturalisasi pemain ke Belanda.

Naturalisasi yang dimaksud, konsepnya persis seperti saat ini. Pemain yang memiliki darah Indonesia, langsung atau tidak. Artinya dari ayah dan ibu atau kakek-nenek, atau juga dari buyut. Data sudah diberikan, lebih dari 400 pemain dari berbagai level. Tapi saat itu PSSI mengambil cara yang berbeda.

Bagi saya, dan kelima sahabat pada saat itu, untuk dan demi Merah-Putih, tidak ada yang keliru melibatkan pemain keturunan. Selain itu, naturalisasi hanya jalan pintas atau untuk dijadikan motivator bagi para pemain lokal.

Jujur, kita sesungguhnya tidak kekurangan bakat. Tapi, mengapa sejak 1930 hingga saat ini, belum sekalipun kita bisa tampil di Piala Dunia dan Olimpiade? Catatan: Ramang, Liong Ho, dan kawan-kawan pernah tampil di Olimpiade Merlbourne 1956. Namun saat itu tuan rumah masih boleh menentukan siapa saja peserta, atau belum ada babak kualifikasi. Kita juga pernah tampil di Piala Dunia Junior, 1979, di Tokyo, menggantikan Irak dan Korut, mundur karena masalah politik.

Padahal, sudah triliunan rupiah, bersyukurnya itu bukan uang pemerintah. Orang-orang yang ‘gila’ bolalah yang mengucurkan dananya.

Sebut saja D. Murthala (Aceh), TD. Pardede (Medan), Benny Mulyono (Warna Agung), Benniardi (Tunas Inti), Sigit Harjojudanto, Ismet Taher (Arseto), Nirwan D. Bakrie (Pelita Jaya), Sjarnoebi Said (KTB), Alex Wenas (Niac Mitra), dan banyak lainnya. Mereka tidak pernah hidup dari sepakbola, tapi mereka menghidupi sepakbola. Mereka tak ragu menggelontorkan uang untuk sepakbola. Mereka tidak pernah berpikir untuk mengambil kembali triliunan uang yang sudah mereka gelontorkan demi dan untuk merah-putih.

Namun, impian adanya timnas kita berlaga di putaran final Piala Dunia serta Olimpiade, terus pula menguap ditiup angin.

Mengapa? Banyak hal yang menjadi kendala. Salah satunya, maaf, anak-anak kita hampir selalu nervous atau minder jika harus bertemu dengan pemain-pemain asing. Dalam kondisi seperti itu, sehebat apa pun skill kita, akan lenyap.

Menyadari hal itu, maka Nirwan atau akrab disapa NDB, membentuk tim Primavera yang berlatih dan ikut kompetisi kelompok umur di Italia. Sebelumnya Sigit membentuk PSSI Garuda. Seperti kita ketahui, hasilnya masih jauh dari memuaskan.

Jika sekarang PSSI melanjutkan mencari jalan pintas, memurut hemat saya, tidak ada yang keliru. Jika dulu era 1970-80an Simon Tahamata yang murni berdarah Maluku namun lahir di Netherland lebih memilih menjadi pemain masional Belanda, juga tidak salah. Pun Raja Nenggolan yang lebih memilih Belgia negara ibunya, sama sekali tidak keliru.

Kita belum memiliki timnas, maaf, yang punya masa depan. Tapi sekarang? Begitu banyak pemain-pemain keturunan siap diambil sumpahnya untuk dan demi Merah-Putih. Mengapa? Karena tim nasional telah memiliki masa depan yang baik.

Kondisi ini menurut saya karena langkah Ketum Erick Thohir dengan duet mautnya Waketum PSSI, Prof. Zainudin Amali serta peran Sekertaris Jendralnya Yunus Nusi, begitu efektif. Tanggap, cepat, dan tepat, maka kondisi positif dapat kita rasakan.

Meski perjalanan masih panjang, saya memperkirakan masih 4-5 tahun lagi baru hasil maksimal bisa dipetik, tapi sinar terang sudah terlihat di ujung sana. Ya, rasa bahagia telah menjalar, jalan yang benar sudah semakin dekat.

Lalu, bagaimana dengan pemain-pemain lokal? Ini adalah tantangan yang besar. Artinya, jika dulu mereka hanya bersaing dengan pemain-pemain sempatan, klub-klub domestik, dengan sesama pemain yang memiliki segala rupa nyaris sama, kini mereka harus bersaing dengan saudara-saudara mereka yang ada di luar sana.

Bagi pemain memiliki mental kuat dan impian tegas, tantangan ini akan membuat mereja terpacu untuk maju. Tapi, jika mental dan impiannya biasa-biasa saja, mereka akan tenggelam dimakan waktu.

Meski demikian, saya selaku pribadi, tetap dapat menghormati sebarisan orang yang tidak setuju naturalisasi. Ada beberapa mantan bintang nasional sempat berkata kepada saya: “MN, saat ini, saya kok merasa seperti tidak punya tim nasional ya!” kata mereka.

Saya hormat dan respek pada mereka. Apa pun juga mereka yang sudah dan berjuang di lapangan. Namun sekedar mengiatkan, dunia saat ini sudah tidak memiliki batas.

Begitu pula sahabat-sahabat seprofesi. Saya pun mengingatkan, saat ini tugas sebagai wartawan, tidak melulu ada di tanfan kita. Jika tahun 1970, Piala Dunia di Meksiko, kita hanya bisa melihat tiga pertandingan yang disajikan TVRI, pembukaan, satu partai semifinal, dan partai final, lalu media cetak baru melaporkan secara rinci jauh setelah piala dunianya selesai dan wartawannya kembali ke tanah air, sekarang semua on the some time.

Jerman

Artinya, perubahan dahsyat telah terjadi begitu rupa. Jika kita ingin tetap dengan pola yang sama, maka kita akan tertinggal jauh sekali.

Sekedar memberikan gambaran, Jerman juara dunia 4 kali, 1954, 2974, 1990, dan 2014, saat ini tidak bisa lagi menutup diri. Jika 2014, Mesut Ozil pemain asal Turki masih sering dilecehkan, kini, meski tetap belum 100 persen penggila bola dan rakyat Jerman setuju, tapi Deutscher Fussball Bund (DFB), PSSInya Jerman telah sungguh-sungguh membuka diri.

Sedikitnya 10 pemain, 6 kulit hitam, 4 putih, ada dalam barisan tim berbintang 4 (tanda juara dunia) di dada itu. Bahkan kapten timnasnya adalah Likay Gundang (campuran Jerman-Turki), lalu Emre Can, juga berdarah Jetman-Turki. Aleksandar Pavlovic, murni imigran Serbia. Selebihnya berdarah Jerman-Afrika: Felix Nmecha dan Jamal Musiala (Nigeria), Malick Thiaw (Mali), Thilo Kehrer (Burundi), Jonathan Tah dan Serge Gnabry (Pantai Gading), serta Leroy Sane, ibunya peraih medali perunggu Olimpiade 1984 dan ayahnya mantan pemain sepskbola nasional Senegal.

Jika Jerman yang sudah empat kali menjadi juata dunia, lalu pernah memiliki bintang-bintang top dunia, tidak ragu menggunakan para pemain leturunan, kita ini siapa kok mau membatasi diri?

Sekali lagi, saya tetap menghormati mereka yang berbeda pendapat, karena perbedaan pendapat itu adalah hal yang biasa. Yang tidak kita inginkan, perbedaan itu membawa kita dalam permusuhan.

Al-imam Bukhari Rahimahullahu berkata: “Telah menceritakan kepada kami, Abdullah bin Maslamah, dari Malik, dari Humaid Ath-Yhowik, dati Anas bin Malik, ia berkata: “Kami pernah bepergian bersama Nabi shallahu ‘alaihi wasallam, yang berpuasa tidak mencela yang berbuka dan yang berbuk tidak pula mencela yang berpuasa,” (HR: Bukhari 1811).

Semoga bermanfaat….***

Listen to this article

Indonesia merah putih naturalisasi Sepakbola Timnas wartawan
Tim Mandala
  • Facebook
  • X (Twitter)
  • Instagram

Menyajikan berita dan konten-konten yang menarik tapi berkualitas dengan bahasa yang lugas. Menuju Indonesia lebih baik.

BERITA LAINNYA

Persib Bandung Pastikan 19 Ribu Tiket Telah Terjual Dari 25 Ribu Kuota Tersedia

Persib Bandung Pastikan 19 Ribu Tiket Telah Terjual, Dari 25 Ribu Kuota yang Disediakan

Gervane Kastaneer bawa Curacao ke Piala Dunia 2026

Gervane Kastaneer Bawa Curacao ke Piala Dunia 2026: Persib dan Persis Solo Kecipratan Bonus?

Ini Tujuan I League Lakukan Kunjungan Kampus

Ini Tujuan I League Lakukan Kunjungan Kampus

Daftar negara peserta play-off antarbenua Piala Dunia 2026

Resmi! Inilah Daftar Lengkap Peserta Play-off Antarbenua Piala Dunia 2027: Ada “Pembantai” Timnas Indonesia

Supporter Dewa United Dilarang Datang ke Stadion

Supporter Dewa United Dilarang Datang ke Stadion

FIFA segera jatuhkan sanksi kepada PSSI dan Timnas Indonesia

FIFA Akan Tingkatkan Sanksi untuk PSSI dan Timnas Indonesia Hari Ini?

BERITA TERKINI

178 pendaki terjebak di Gunung Semeru pasca erupsi

Darurat di Semeru: 178 Pendaki Terperangkap di Ranu Kumbolo Usai Erupsi

KDM Maksimalkan Peran Kader PKK dan Aparat Desa Atasi Stunting

KDM Maksimalkan Peran Kader PKK dan Aparat Desa Atasi Stunting

"Ketika Mangga Menjadi Doa: Perjalanan Panjang Bu Jumidah Membesarkan Harapan

Ketika Mangga Menjadi Doa: Perjalanan Panjang Bu Jumidah Membesarkan Harapan

Persib Bandung Pastikan 19 Ribu Tiket Telah Terjual Dari 25 Ribu Kuota Tersedia

Persib Bandung Pastikan 19 Ribu Tiket Telah Terjual, Dari 25 Ribu Kuota yang Disediakan

Gervane Kastaneer bawa Curacao ke Piala Dunia 2026

Gervane Kastaneer Bawa Curacao ke Piala Dunia 2026: Persib dan Persis Solo Kecipratan Bonus?

DAERAH

Polres kuningan Amankan Residivis dan 5 Motor Curian Yang Resahkan Warga

Polres kuningan Amankan Residivis dan 5 Motor Curian Yang Resahkan Warga

Lapas Kelas IIA Kuningan Gelar Coffee Morning Bersama Media, Perkuat Transparansi Informasi

Lapas Kelas IIA Kuningan Gelar Coffee Morning Bersama Media, Perkuat Transparansi Informasi

Satresnarkoba Polres Garut Ringkus Tiga Pengedar Obat Keras di Limbangan

Satresnarkoba Polres Garut Ringkus Tiga Pengedar Obat Keras di Limbangan

Bupati Garut Pimpin Apel Gabungan dan Serahkan Bantuan Alsintan hingga Asuransi Pertanian

Bupati Garut Pimpin Apel Gabungan dan Serahkan Bantuan Alsintan hingga Asuransi Pertanian

BANDUNG

Ketua Umum Muhammadiyah Haedar Nashir saat memberi sambutan dalam acara Penandatanganan Nota Kesepahaman antara PP Muhammadiyah dengan Institut Teknologi Bandung, Senin (17/11/2025). (istimewa)

Muhammadiyah: Bandung adalah Kota Besar

Anggota DPRD Kota Bandung, Andri Gunawan

Andri Gunawan Tegaskan Bandung Tak Boleh Kehilangan Identitas sebagai Kota Toleran

Ilustrasi Kepadatan Lalulintas saat Mudik Lebaran

Uji Coba Traffic Light AI di Bandung Dinilai Belum Menjawab Akar Masalah Kemacetan

Memperingati Hari Toleransi Internasional, Bandung Gelar Dialog Kebangsaan Bahas Quo Vadis Pluralisme di Kota HAM

Memperingati Hari Toleransi Internasional, Bandung Gelar Dialog Kebangsaan Bahas Quo Vadis Pluralisme di Kota HAM

POPULER
Gervane Kastaneer bawa Curacao ke Piala Dunia 2026

Gervane Kastaneer Bawa Curacao ke Piala Dunia 2026: Persib dan Persis Solo Kecipratan Bonus?

Premium! Intip Harga HP Nokia 7610 5G Segera Rilis Tahun 2024

Premium! Intip Harga HP Nokia 7610 5G Segera Rilis Tahun 2024

coudflare-down

Cloudflare Down Menyebabkan 30% Situs Website Global Lumpuh

Ini Tujuan I League Lakukan Kunjungan Kampus

Ini Tujuan I League Lakukan Kunjungan Kampus

PT MANDALA DIGITAL MEDIA
Jl. Waluh No 12, Malabar.
Kecamatan Lengkong, Kota Bandung
Jawa Barat 40262

Facebook Instagram YouTube TikTok
KATEGORI
Peristiwa Politik Ekonomi Hukum Daerah Hiburan Edukasi Tekno Sport Opini Indeks
LINKS
Tim Redaksi
Pedoman Media Cyber
Kebijakan Privasi
Tentang Kami
© 2025 KoranMandala.com

Type above and press Enter to search. Press Esc to cancel.