Oleh : Dedi Asikin (Wartawan Senior, Pengamat dan Aktivis Sosial)
RAPAT kabinet Dwikora 11 Maret 1966 terhenti. Presiden/Perdana Menteri/PangtiABRI/Pembesrev Bung Karno mendadak panik. Sejumlah intel berbisik, di luar demo mahasiswa semakin membesar. Dilaporkan di tengah gerakan kesatuan aksi (mahasiswa, pemuda dan pelajar juga ada sejumlah tentara yang tidak mengenakan tanda kesatuan.
Bung Karno menyerahkan pimpinan rapat kepada Waperdam III Chaerul Saleh. Dia (BK) segera ngacir diikuti Waperdam I dr Soebandrio. Tapi Chaerul juga akhirnya ikut ngacir dan menutup sidang perdana kabinet Dwikora yang baru dirombak. Bung Karno memang baru saja merombak kabinet atas desakan para mahasiswa dan termasuk dalam Tritura (Tri Tuntutan Rakyat) yang digelar dalam demo besar besaran tanggal 12 dan 13 Januari 1966.
Bung Karno, Subandrio dan Chaerul Saleh diamankan ajudan dengan helikopter ke istana Bogor.
Para mahasiswa yang bergerak dengan nama Kesatuan Aksi Mahasiswa Indonesia (KAMI) berkolaborasi dengan berbagai kesatuan aksi lain. Ada Kesatuan Aksi Pelajar Indonesia (KAPI), Pemuda dan Pelajar (KAPPI), Buruh (KABI), Wanita (KAWI) dan lain-lain.
Mereka itu bergerak didukung adanya berbagai kekacauan, menyangkut politik dan ekonomi. Secara politik masyarakat kecewa karena presiden tidak menindak (membubarkan PKI) yang jelas jelas telah melakukan pemberontakan 30 September (G30S). Dan itu ditenggarai sebagai upaya kudeta berdarah. 6 orang jendral dubunuh secara keji. Bersama dengan tentara indisipline mendekritkan Dewan Revolusi.
Faktor ekonomi, rakyat kecewa dan sengsara karena ekonomi terpuruk. Harga harga bahan pokok menjulang tinggi. Inflasi mencapai 600 persen.
Dalam demo lintas Kesatuan Aksi 12 dan 13 Januari 1966, yang didukung ABRI, mereka menyampaikan TRITURA :
- Bubarkan PKI,
- Rombak Kabinet Dwikora dan
- Turunkan harga.