Close Menu
Koran Mandala
  • Home
  • Peristiwa
  • Daerah
  • Politik
  • Hukum
  • Ekonomi
  • Edukasi
  • Sport
  • Liputan Khusus
  • Otomotif
  • Tekno
  • Game
  • Hiburan
  • Wisata
  • Opini
Facebook Instagram YouTube TikTok
Kamis, 20 November 2025 7:46
YouTube Instagram TikTok Facebook
Koran MandalaKoran Mandala
  • Home
  • Peristiwa
    • Daerah
    • Nasional
    • Video
    • Bunga Rampai Seorang Jurnalis
  • Politik
    • Majalah Digital
  • Ekonomi
    • PLN
    • Bank BJB
  • Hukum
  • Edukasi
  • Liputan Khusus
  • Sport
    • Otomotif
  • Tekno
    • Game
  • Hiburan
    • Wisata
    • Ragam
  • Opini
Koran Mandala
  • Home
  • Peristiwa
  • Daerah
  • Politik
  • Hukum
  • Ekonomi
  • Edukasi
  • Sport
  • Liputan Khusus
  • Otomotif
  • Tekno
  • Game
  • Hiburan
  • Wisata
  • Opini
Home»Opini»Catatan Kritis Gaya Dedi Mulyadi, Bukan Kepemimpinan yang Dibutuhkan Rakyat

Catatan Kritis Gaya Dedi Mulyadi, Bukan Kepemimpinan yang Dibutuhkan Rakyat

Opini Jumat, 25 Juli 2025 7:08 WIB
Twitter Tumblr Facebook WhatsApp
Holil Aksan Umarzein
Ketua Forkodetada (Forum Koordinasi Desain Penataan Daerah) Jawa Barat, Holil Aksan Umarzein

Oleh: Holil Aksan Umarzen
Pengamat Budaya dan Ketua Forkodetada (Forum Koordinasi Desain Penataan Daerah) Jawa Barat

Dalam era keterbukaan informasi dan demokrasi partisipatif, rakyat membutuhkan sosok pemimpin yang tidak hanya pandai membangun citra, tetapi juga mampu menghadirkan kebijakan yang substantif, sistematis, dan berkelanjutan. Di tengah populernya figur Dedi Mulyadi—yang dikenal luas dengan pendekatan “nyunda” dan citra merakyat—perlu kiranya dilakukan peninjauan kritis terhadap sejumlah pendekatan kepemimpinan beliau, khususnya dalam konteks kebijakan publik dan budaya.

1. Kebijakan Spontan yang Minim Kajian dan Tindak Lanjut

Dedi Mulyadi dikenal dengan gaya kepemimpinan spontan dan responsif. Namun, banyak kebijakan yang diambil tampak bersifat reaktif dan tidak berbasis kajian akademik atau kajian dampak jangka panjang. Contohnya, perubahan nama RSUD Al-Ihsan menjadi RSUD Welas Asih dinilai sejumlah akademisi hanya sebagai simbolisme tanpa perbaikan sistem layanan publik. Hal ini menunjukkan bagaimana aspek branding lebih dikedepankan ketimbang transformasi substansi.

Pernikahan Anak Dedi Mulyadi Telan 3 Nyawa, Puluhan Pingsan

2. Modifikasi Budaya tanpa Menyentuh Esensi Sunda

Dedi sering memodifikasi simbol budaya Sunda menjadi bagian dari pencitraannya—baik melalui pakaian, narasi konten, maupun ritual panggung. Namun, pertanyaan mendasarnya: apakah substansi nilai-nilai Sunda seperti kearifan lokal, musyawarah, kesantunan, dan welas asih benar-benar diwujudkan dalam kebijakan publik? Ataukah budaya hanya dijadikan aksesori visual yang menutupi kekosongan kebijakan?

3. Pencampuran Ritual Budaya dan Syariat Agama

Dalam berbagai konten yang ditampilkan ke publik, tampak adanya percampuran antara praktik budaya Sunda dengan simbol-simbol agama, seolah-olah keyakinan leluhur identik dengan syariat. Meski upaya pelestarian budaya patut dihargai, pencampuran ini bisa membingungkan masyarakat awam dan menimbulkan bias keyakinan. Hal ini membuka ruang bagi glorifikasi masa lalu tanpa kejelasan nilai spiritual yang dibangun secara transenden.

4. Pencitraan Berlebihan: Emosi Publik di Atas Substansi Kebijakan

Citra Dedi sebagai “bapak aing” dibangun melalui konten viral di media sosial: memberi makan orang kecil, menyuapi tukang becak, menangis bersama masyarakat desa. Namun sayangnya, konten ini seringkali hanya menggugah emosi tanpa disertai transparansi kebijakan yang sistematis, program yang terukur, atau visi pembangunan daerah yang jelas.

5. Fokus pada Simbolisme, Bukan Perbaikan Layanan

Penggantian nama rumah sakit, pemugaran gerbang tradisi, atau pemasangan ornamen nyunda memang menarik secara visual, namun tidak menyentuh akar persoalan seperti antrean panjang layanan publik, birokrasi yang lamban, hingga inefisiensi anggaran. Akademisi dari UPI pernah mengkritik bahwa kebijakan seperti ini lebih sibuk mengurus “kulit luar” daripada “isi dalam”.

6. Diskriminasi Kultural Terselubung

Kebijakan yang terlalu menonjolkan budaya Sunda tanpa ruang dialog untuk kebudayaan lain bisa menciptakan eksklusivitas terselubung. Hal ini berisiko menyingkirkan kelompok non-Sunda dari proses pembangunan sosial dan politik daerah. Kepemimpinan inklusif seharusnya merangkul semua identitas dengan proporsional dan adil.

7. Militerisasi Remaja: Disiplin atau Dominasi?

Wacana membangun “barak militer” untuk membina kedisiplinan remaja menuai kritik keras dari para pemikir kebebasan sipil. Rocky Gerung misalnya menyebut pendekatan itu sebagai bentuk kediktatoran budaya baru. Remaja tidak hanya butuh disiplin, tapi juga perlu ruang berpikir kritis, pendidikan moral, dan kesempatan berpartisipasi dalam wacana demokratis.

8. Kebijakan Pendidikan Tergesa

Kebijakan pembukaan kuota sekolah negeri secara besar-besaran tampak populis, namun menyebabkan dampak serius pada sekolah swasta. Banyak sekolah swasta yang kehilangan siswa hingga mengalami ancaman tutup. Kebijakan yang tidak dikaji secara menyeluruh hanya akan menambah daftar masalah sosial pendidikan.

Rakyat Butuh Pemimpin yang Berpikir Sistemik

Pemimpin ideal bukan hanya piawai membangun narasi emosional, tetapi mampu menyusun dan melaksanakan kebijakan publik berbasis data, berorientasi hasil, inklusif, dan berkelanjutan. Figur seperti Dedi Mulyadi memiliki magnet publik yang kuat, namun magnet itu perlu diarahkan untuk menarik rakyat menuju kemajuan, bukan hanya menghibur mereka di ruang digital.

Kepemimpinan yang dibutuhkan rakyat adalah yang membumi secara budaya, religius secara akhlak, cerdas secara visi, dan kuat dalam sistem. Tanpa itu semua, kita hanya akan terjebak dalam teatrikal kekuasaan yang meriah di luar, tetapi kosong di dalam.

Listen to this article

Dedi Mulyadi Headline Holil Aksan
Tim Mandala
  • Facebook
  • X (Twitter)
  • Instagram

Menyajikan berita dan konten-konten yang menarik tapi berkualitas dengan bahasa yang lugas. Menuju Indonesia lebih baik.

BERITA LAINNYA

TERSEOK-SEOK TERTINGGAL

TERSEOK-SEOK TERTINGGAL

ADVERTORIAL sang PAHLAWAN

ADVERTORIAL sang PAHLAWAN

Jurnalis Pahlawan Melawan Penjajahan Algoritma

Jurnalis: Pahlawan Melawan Penjajahan Algoritma

SOEHARTO,PAHLAWAN MASIONAL ?

SOEHARTO,PAHLAWAN MASIONAL ?

Presiden Prabowo Saat Menaiki Mobil Maung Pindad

AUMAN sang MAUNG

Bentrok Dua Kubu Manajemen Warnai Konflik Pengelolaan Bandung Zoo

BUKAN SUBSIDER

BERITA TERKINI

Push Bike Competition Siap Meriahkan Persibday Festival Kedua

Push Bike Competition Siap Meriahkan Persibday Festival Kedua

SIM keliling Bandung 20 November 2025

SIM Keliling Bandung Kamis 20 November 2025

Mahasiswa HMI Dakwah Gelar Aksi Tolak RKUHAP dan Wacana Soeharto Jadi Pahlawan Nasional

Mahasiswa HMI Unisba Gelar Aksi Tolak RKUHAP dan Wacana Soeharto Jadi Pahlawan Nasional

178 pendaki terjebak di Gunung Semeru pasca erupsi

Darurat di Semeru: 178 Pendaki Terperangkap di Ranu Kumbolo Usai Erupsi

KDM Maksimalkan Peran Kader PKK dan Aparat Desa Atasi Stunting

KDM Maksimalkan Peran Kader PKK dan Aparat Desa Atasi Stunting

DAERAH

Pemkab Garut Gelar Sosialisasi Kerja Sama Daerah dan Mekanisme Perjalanan Dinas Luar Negeri

Pemkab Garut Gelar Sosialisasi Kerja Sama Daerah dan Mekanisme Perjalanan Dinas Luar Negeri

Polres kuningan Amankan Residivis dan 5 Motor Curian Yang Resahkan Warga

Polres kuningan Amankan Residivis dan 5 Motor Curian Yang Resahkan Warga

Lapas Kelas IIA Kuningan Gelar Coffee Morning Bersama Media, Perkuat Transparansi Informasi

Lapas Kelas IIA Kuningan Gelar Coffee Morning Bersama Media, Perkuat Transparansi Informasi

Satresnarkoba Polres Garut Ringkus Tiga Pengedar Obat Keras di Limbangan

Satresnarkoba Polres Garut Ringkus Tiga Pengedar Obat Keras di Limbangan

BANDUNG

Ketua Umum Muhammadiyah Haedar Nashir saat memberi sambutan dalam acara Penandatanganan Nota Kesepahaman antara PP Muhammadiyah dengan Institut Teknologi Bandung, Senin (17/11/2025). (istimewa)

Muhammadiyah: Bandung adalah Kota Besar

Anggota DPRD Kota Bandung, Andri Gunawan

Andri Gunawan Tegaskan Bandung Tak Boleh Kehilangan Identitas sebagai Kota Toleran

Ilustrasi Kepadatan Lalulintas saat Mudik Lebaran

Uji Coba Traffic Light AI di Bandung Dinilai Belum Menjawab Akar Masalah Kemacetan

Memperingati Hari Toleransi Internasional, Bandung Gelar Dialog Kebangsaan Bahas Quo Vadis Pluralisme di Kota HAM

Memperingati Hari Toleransi Internasional, Bandung Gelar Dialog Kebangsaan Bahas Quo Vadis Pluralisme di Kota HAM

POPULER
Premium! Intip Harga HP Nokia 7610 5G Segera Rilis Tahun 2024

Premium! Intip Harga HP Nokia 7610 5G Segera Rilis Tahun 2024

10 Ucapan Keren Buat Merayain Hari Anak Sedunia 20 November 2024

10 Ucapan Keren Buat Merayakan Hari Anak Sedunia 20 November 2024, Bikin Semangat!

Polda Jawa Barat berhasil memulangkan Reni Rahmawati (23), perempuan asal Kecamatan Cisaat, Sukabumi, yang menjadi korban tindak pidana perdagangan orang (TPPO) di China.

Polda Jabar Pulangkan Korban TPPO ke Tanah Air

178 pendaki terjebak di Gunung Semeru pasca erupsi

Darurat di Semeru: 178 Pendaki Terperangkap di Ranu Kumbolo Usai Erupsi

PT MANDALA DIGITAL MEDIA
Jl. Waluh No 12, Malabar.
Kecamatan Lengkong, Kota Bandung
Jawa Barat 40262

Facebook Instagram YouTube TikTok
KATEGORI
Peristiwa Politik Ekonomi Hukum Daerah Hiburan Edukasi Tekno Sport Opini Indeks
LINKS
Tim Redaksi
Pedoman Media Cyber
Kebijakan Privasi
Tentang Kami
© 2025 KoranMandala.com

Type above and press Enter to search. Press Esc to cancel.