Oleh:
Widi Garibaldi
Di mata Gus Dur yang Presiden RI ke-4 itu, hanya ada 3 Polisi jujur. Ia berkelakar, semua brengsek kecuali polisi tidur, patung polisi dan Jenderal Hugeng. Akan halnya Jenderal Polisi Hugeng Imam Santoso, Kapolri ke-5 (1968-1971) itu memang sudah terkenal kejujurannya.Integritasnya yang tinggi serta komitmennya dalam memberantas pungli dan korupsi, senantiasa menjadi acuan.
Setiap memperingati HUT Polri seperti yang ke-79 di tanggal 1 Juli ini, kejujuran yang menjadi legacy-nya, kembali menjadi kenangan.Ia menolak dengan tegas suap yang disodorkan oleh seorang penyeludup mobil mewah yang berusaha memasukkan kendaraan itu ke wilayah RI tanpa bea dan cukai. Percobaan suap juga pernah dilakukan oleh seorang bandar judi. Dengan tegas ia mengembalikan semua barang mewah pemberian sang bandar.Kalau mau, tentu ia sudah kaya raya. Percobaan demi percobaan datang menggoda.Dari isteri seorang Menteri.Dari isteri seorang duta besar di PBB. Yang memberi emas perhiasan. Semua ditampiknya. Hugeng yang lahir di Pekalongan (1921-2004) memang seorang Polisi sejati. Ia memasuki masa purna bhakti tanpa beban. Hidup sederhana. Menikmatinya, sambil bersenandung menyanyikan lagu-lagu Hawai dengan Ukulele di tangan.
Evaluasi Publik: POLRI Perlu Dibersihkan dari Pengaruh Jokowi
Nama besarnya, tinggal kenangan bagi 579.000 anggota Polri yang tercatat saat ini. Bagi mereka, membumikan dan melaksanakan ketentuan yang tersurat dan tersirat di Pasal 30 ayat 4 Konstitusi kita bukanlah tugas yang ringan.Sebagai alat negara, mereka ditugaskan menjaga keamanan dan ketertiban masyarakat. Mereka harus melindungi, mengayomi,melayani masyarakat di samping tugas berat lainnya yakni menegakkan hukum.
Makna kelakar Gus Dur
Bukan tanpa penyebab mengapa Presiden ke-4 RI itu berkelakar tentang Polisi di masanya.Suap merajalela. Begitu pula korupsi. KUHP, sampai dipelesetkan menjadi K(asih)U(ang)H(abis)P(erkara). Banyak anggota yang harus mempertanggung jawabkan perbuatannya di depan Meja Hijau. Terima suap, TST dengan bandar judi, memeras dan sebagainya. Karenanya,banyak yang berpendapat “amit-amit” berurusan dengan polisi. “Hilang kambing,melayang sapi”, begitu perumpamaan yang hidup di kalangan masyarakat.
Tentu saja masa Gus Dur sudah berlalu. Tetapi masa kelam itu akan menjelma kembali. Soalnya, “mengurus” lebih setengah juta anggota Polisi bukan hal mudah. Dibutuhkan pembinaan yang sungguh-sungguh. Terutama, tentu saja, dari Bapak Buah.Pak Hugeng benar-benar menjadi panutan agar kita dapat melalui masa sulit ini. Masa dimana korupsi merajalela, yang menjadi penyebab utama terpuruknya RI sebagai bangsa dan negara.
Kortastipidkor-Korps Pemberantas Tindak Pidana Korupsi-lembaga yang sengaja dibentuk pertengahan bulan Oktober tahun yang lalu diharapkan segera dapat beraksi untuk mencegah,menyelidiki,menyidik tindak pidana korupsi dan pencucian uang yang semakin menjadi-jadi di Tanah Air. Jujur harus diakui bahwa siapapun akan mengendus aroma kerupsi pada setiap kegiatan di negara ini. Mulai dari kegiatan yang berada di lingkungan kekuasaan eksekutif, legislatif hingga yudikatif.
Itulah sebabnya, Polri yang diwakili oleh Kortastipidkor segera harus bahu membahu dengan pihak Kejaksaan dan KPK memberantas korupsi yang semakin mengurita. Hindari arogansi sektoral. Palu genderang perang.Hingga bertalu-talu. Perang melawan korupsi. Musuh kita bersama