Oleh:
Widi Garibaldi
Siapapun tak akan menduga bahwa di balik julukan penuh kasih itu terdapat malapetaka maha dahsyat. “Little boy”, begitu julukan yang diberikan kepada benda yang dijatuhkan dari pesawat bomber B-29 AS. Peristiwanya terjadi pada tanggal 6 Agustus 1945. Si Little Boy bukan sembarang bom. “Anak kecil” itu adalah bom uranium,bom atom. Ketika dijatuhkan di kota Hiroshima Jepang, tak kurang dari 166 ribu nyawa melayang.
Tiga hari kemudian, si “Anak kecil” disusul teman sepermainannya yang dijuluki “Fat man”, yang tak lain adalah sebuah bom plutonium. Bom atom juga.Kota Nagasaki di Jepang yang menjadi sasarannya, hancur lebur. Diperkirakan 246 ribu orang menemui ajal. Hancurnya kedua kota itu, Hiroshima dan Nagasaki menandai berakhirnya Perang Dunia II. Jepang mengibarkan bendera putih. Takluk dan menyerah. Ternyata si “Anak Kecil” bukanlah tandingan Samurai Jepang.
Bom nuklir yang dijatuhkan oleh Amerika Serikat di kedua kota Jepang itu masih menghantui umat manusia hingga kini. Hampir seabad kemudian. Penyakit kanker, leukemia atau pertumbuhan sel darah putih yang tidak normal dan tak terkendali di sumsum tulang disertai kerusakan organ tubuh, menggeranyangi pertumbuhan penduduk yang luput dari bencana dahsyat itu.
Milik siapa ?
Negara yang memiliki persenjataan nuklir, menjadi bukti sebagai negara yang perkasa. Negara yang ditakuti bangsa lain. Negara yang dapat memaksakan kehendaknya. Negara super power. Itulah sebabnya banyak negara berlomba-lomba memiliki senjata menakutkan itu. Kalau sejak dulu Amerika Serikat telah memilikinya, negara Paman Sam itu segera disusul oleh negara lainnya. Sebut saja Rusia,RRC,Korut. Juga Inggeris,Perancis bahkan Israel dan Iran yang ditengarai sedang mempersiapkan diri. Itulah sebabnya mengapa Israel yang didukung AS berusaha menghancurkan fasilitas nuklir Iran, walaupun pengayaannya sebenarnya disebutkan untuk keperluan damai.
Beberapa hari yang lalu,pesawat B-2 Spirit, pembom siluman AS menjelajahi angkasa Iran tanpa terdeteksi.Pesawat istimewa itu sengaja diciptakan oleh para ahli untuk menghancurkan target-target di bawah tanah seperti bunker. Itulah sebabnya, fasilitas nuklir Iran yang dibangun di bawah tanah di Fordow,Natauz dan Eshafan menjadi sasaran sang Siluman yang bernaung di bawah operasi militer “Midnight Hammer”. Kendati bom Siluman meledak puluhan meter di bawah tanah, tak diketahui sejauh mana hasilnya. Walau begitu, Presiden AS Trump yang berasal dari negara bagian Texas, ibarat cow-boy di layer lebar, mempermaklumkan bahwa siluman sukses menghancurkan target.
Bagi kita, yang lumayan jauh dari arena baku hantam, pengaruh pemboman siluman ini, tetap harus diwaspadai. Apabila Iran jadi menutup selat Hormuz, pasti akan berpegaruh bagi Dunia. Apalagi bagi Indonesia,negara kaya raya tapi doyan impor. Mulai dari garam kendati punya laut sejauh mata memandang.Senang membeli dari negara lain mulai dari jagung hingga ketela pohon, walau tanahnya subur hingga “tongkat” sekalipun pasti tumbuh kalau ditanam.
Yang pasti kita akan terkena “getah” peperangan di Timur Tengah, karena Iran akan segera menghentikan keran minyaknya. Konon pula negara kita yang selalu tergantung dari Singapura yang sebenarnya sama sekali tak memiliki sumber bahan bakar itu. Bersiaplah