KORANMANDALA.COM – Tak banyak yang mengetahui jika 14 November merupakan Hari Diabetes Sedunia. Tanggal ini menjadi momentum global untuk meningkatkan kesadaran akan pentingnya pencegahan dan pengelolaan diabetes.
Hari Diabetes Sedunia digagas pada tahun 1991 oleh International Diabetes Federation (IDF) dan Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) sebagai tanggapan atas meningkatnya kekhawatiran tentang ancaman kesehatan yang ditimbulkan oleh diabetes.
Peringatan ini diakui sebagai Hari Resmi Perserikatan Bangsa-Bangsa pada 2006 melalui Resolusi PBB Nomor 61/225. 14 November dipilih bertepatan dengan hari lahir Sir Frederick Banting, salah seorang penemu insulin bersama Charles Best pada 1922.
Tapi apa sebenernya diabetes? Seperti apa pemicunya? Gejala apa yang dialami oleh penderita diabetes? Bagaimana langkah pencegahannya? Dokter spesialis penyakit dalam dari Rumah Sakit Muhammadiyah Bandung, dr. Nieke Dewi Riani, Sp.PD FINASIM membeberkan semua perihal terkait diabetes.
“Diabetes itu gangguan metabolisme yang menyebabkan seseorang mengalami resistensi insulin, yang menyebabkan gula darahnya tinggi. Gejala awalnya adalah sering lapar, sering haus. Kemudian ada perubahan berat badan, kesemutan, baal. Nanti makin lama ada penurunan pandangan dan lain-lain. Tapi kadang-kadang beberapa orang, kadar gulanya langsung tinggi tanpa ada gejala apapun,” ujarnya kepada Koran Mandala, Rabu (5/11/2025).
Nieke mengemukakan, terkadang seseorang tak menyadari jika yang bersangkutan memiliki penyakit gula. Dalam beberapa kasus, pasien diabetes datang ke rumah sakit dengan kondisi sudah tidak sadar. Bahkan ada yang baru mengetahui dirinya mengidap diabetes usai terkena serangan jantung.
“Karena itu penting untuk rutin memeriksaan kesehatan. Terutama kalau ada turunan diabetes,” pesannya.
Diabetes Bukan Hanya Karena Keturunan Tapi Gaya Hidup
Nieke tak memungkiri diabetes merupakan penyakit turunan. Namun begitu, diutarakan dia, “Faktor keturunan hanya berkontribusi 20 persen terhadap timbulnya penyakit, sisanya lifestyle”. Semenjak pandemi Covid-19, orang yang terpapar diabetes karena gaya hidup atau lifestyle semakin banyak.
“Yang paling banyak, terutama sejak era covid itu lifestyle. Jadi aktivitas fisik yang kurang, pola makan yang tidak sehat, dan kegemukan,” ungkapnya.
Pada kesempatan itu, Nieke pun menjelaskan perihal nasi putih yang kerap dianggap salah satu penyebab orang mengidap diabetes. Dia mengaku nasi putih memiliki indeks glikemik yang berarti dapat dengan cepat meningkatkan kadar gula darah.
“Tapi bukan berarti nasi itu menyebabkan seseorang menjadi diabetes. Makan nasi yang kebanyakan, intinya kalau misalnya kalori yang masuk ke badan lebih tinggi daripada kalori yang keluar, itu yang menyebabkan kegemukan. Kegemukan inilah yang bisa menyebabkan seseorang diabetes,” terangnya.
Dia pun meluruskan hoaks yang beredar di masyarakat bila penderita diabetes tidak boleh mengonsumsi nasi putih atau harus makan nasi sisa kemarin. Nieke mengatakan, penderita diabetes boleh mengonsumsi nasi asalkan porsinya diatur.
“Yang penting kita harus mengatur jumlah porsi yang kita makan, jenis makanannya, dan jadwal makannya kapan saja. Nah itu yang sering sulit dipahami sama masyarakat,” ucapnya.
Sementara mengenai minuman kemasan yang sering disebut-sebut menjadi pemicu utama orang terkena penyakit gula darah, Nieke tak menepis hal tersebut. Pasalnya, minuman dalam kemasan mempunyai kandungan gula yang sangat tinggi.
“Jadi sekarang saya lihat di beberapa supermarket ya sudah ada warning, walau belum semua. Tapi harusnya memang ada peringatan mana yang tinggi gula, garam, atau lemaknya. Di Kemenkes (Kementerian Kesehatan) pun sudah mulai dipromosikan. Jadi masyarakat juga harus aware bahwa makanan yang kandungan gula atau garamnya tinggi itu punya risiko jangka panjang,” paparnya.
Diabetes Bisa Menyerang Segala Usia
Nieke menyebut penderita diabetes tak lagi melulu karena usia. Berdasarkan data, masyarakat yang berada di rentang usia 20 hingga 40 tahun telah menderita diabetes tipe 2. Hal itu lantaran gaya hidup serta kemudahan mendapatkan makanan, terlebih dengan adanya ojek online yang membuat orang semakin malas bergerak
“Tapi di sisi lain saya lihat fenomena yang sekarang juga bagus. Sekarang kan ngetren tuh yang fun walk, fun run, maraton. Itu hebat banget. Jadi sekarang saya lihat juga anak-anak muda sudah mulai banyak mempromosikan hidup sehat,” imbuhnya.
Mengapa masih banyak ketakutan di masyarakat mengenai penyakit tersebut? Nieke menerangkan alasannya. Sebagai mother of diseases atau induk segala penyakit, diabetes memang bisa memicu munculnya penyakit lain seperti stroke hingga serangan jantung bahkan amputasi kaki. Hal ini belum ditambah dengan informasi yang menyebut jika mengonsumsi obat diabetes dapat menyebabkan penyakit gagal ginjal.
“Nah itu persepsi yang salah. Padahal gula yang tidak terkontrol lah yang menyebabkan semua morbiditas lain, penyakit lain,” tukasnya.
Oleh karena itu, Nieke meminta masyarakat untuk tidak menelan mentah-mentah kabar yang beredar di media sosial atau apapun sebelum mengetahui dari ahlinya secara langsung.
“Makan saja teratur, yang penting 3 J, yakni jumlah, jenis, jadwal. Jumlahnya harus pas, tidak berlebihan. Jenisnya harus benar, raw food. Raw food itu makanan pokok kita sehari-hari. Di luar makanan pokok itu berarti cemilan. Nah cemilan-cemilan bahanan terigu itu yang dikurangi. Kemudian jadwalnya, kalau belum waktunya makan, tahan dulu enggak usah makan. Beberapa mungkin menerjemahkannya sebagai intermittent fasting,” urainya.
Nieke pun menyampaikan pesan bagi masyarakat yang sudah maupun belum terkena penyakit diabetes. Bagi yang belum, dia mendorong agar masyarakat mencari tahu apakah di keluarganya ada yang punya riwayat diabetes atau darah tinggi.
“Untuk mendeteksi seorang pre-diabetes itu tinggal periksa HbA1c saja. Dari kadar HbA1c kita bisa tahu apakah kita diabetes atau tidak. Sementara bagi yang telah mengidap, kendalikan diabetes anda. Diabetes itu bukan hanya gula yang diperhatikan, tapi tekanan darah, target kolesterolnya, serta atur pola hidup,” bebernya.
Dalam kesempatan ini pula, Nieke mengajak diabetesi untuk bergabung ke Komunitas Persatuan Diabetes Indonesia. Di tempat ini berkumpul sesama penderita diabetes, dokter, perawat, hingga ahli gizi. Sehingga penderita diabetes bisa berbagi dan mendapatkan informasi yang benar.
Diabetes Center Mempermudah Pasien Memperoleh Layanan Terpadu
Tak hanya itu, dia mengungkap jika RS Muhammadiyah Bandung telah memiliki layanan Diabetes Center. Layanan ini diselenggarakan untuk mempermudah pasien diabetes mendapatkan pelayanan dalam satu kali jalan sehingga semua pemeriksaan bisa terfasilitasi seluruhnya.
“Ada dokter spesialis endokrinnya. Kemudian lab-nya lengkap. Ahli gizi juga ada. Jadi one stop service. Karena ya tadi diabetes itu pasti bukan berdiri tunggal. Dia tuh pasti ada rembetan-rembetannya. Maka itu, kami buat pelayanannya terpadu untuk mempermudah para pasien,” pungkasnya.






