Koran Mandala – Fenomena pencurian di Jawa Barat kini bukan lagi sekadar tindakan kriminal biasa, melainkan cerminan nyata dari masalah ekonomi yang kian mendalam. Berbagai kasus yang terjadi sepanjang tahun 2024 hingga 2025, mulai dari pencurian gabah hingga penjambretan, mengindikasikan bahwa desakan kebutuhan hidup menjadi pemicu utama di balik lonjakan angka kejahatan.
Insiden di Subang: Upaya Pencurian Gabah Berujung Tragis
Dini hari, Minggu 15 Juni 2025, ketenangan Dusun Kunir, Desa Simpar, Subang, dikejutkan oleh upaya pencurian gabah di rumah Suwandi (52). Menurut saksi Cecep Supriyadi (26), sekitar pukul 03.00 WIB, dua pria mencoba mengambil gabah. Aksi mereka diketahui oleh Suwandi, yang kemudian meneriaki “maling”. Panik, kedua pelaku melarikan diri.
Satu pelaku dilaporkan melompat ke Sungai Tarum Timur. Hingga berita ini diturunkan, pria misterius tersebut masih dalam pencarian oleh Polsek Pagaden dan Tim Tagana Kabupaten Subang untuk memastikan apakah ia tenggelam atau berhasil menyelamatkan diri. Dalam jok motor yang ditinggalkan, ditemukan KTP atas nama Kadin, warga Dusun Sukamanah, Bojong Tengah, Pusakajaya, Subang.
Suwandi menceritakan, dirinya sempat mendapati dua karung gabahnya sudah raib sebelum akhirnya memergoki pelaku yang kembali untuk mengambil lebih banyak. Perlawanan pelaku terhadap Suwandi memicu warga keluar rumah, memaksa kedua pencuri itu kabur.
Pola Mirip di Berbagai Daerah: Desakan Ekonomi Jadi Penyebab
Kasus di Subang ini bukanlah anomali. Di penghujung tahun 2024, seorang pemuda berinisial AG (27) di Tasikmalaya juga nekat mencuri dua karung gabah di halaman penggilingan padi Desa Tonjongsari, Cikalong. Saat diinterogasi polisi, AG mengaku terpaksa melakukan pencurian demi memenuhi kebutuhan keluarga akibat faktor ekonomi.
Tren serupa juga terjadi di Bogor pada Maret 2025. Seorang remaja yang hendak beribadah menjadi korban penjambretan. Kedua pelaku mengaku melakukan aksi kejahatan tersebut karena dorongan masalah ekonomi.
Data yang lebih mengkhawatirkan datang dari Kabupaten Bekasi. Sepanjang tahun 2024, terjadi lonjakan kasus kriminalitas hingga 2.343 kasus, dengan mayoritas di antaranya diindikasikan dipicu oleh masalah ekonomi.
Kegagalan Struktural dan Perlunya Solusi Komprehensif
Fenomena meningkatnya pencurian di Jawa Barat pada tahun 2024–2025 adalah cermin kegagalan struktural. Ini bukan hanya tentang individu yang berbuat salah, tetapi juga tentang sistem yang belum tuntas mengatasi akar masalah: kemiskinan yang persisten, kesenjangan sosial yang melebar, dan lemahnya ekosistem pengaman sosial. Ketika pintu-pintu kesempatan ekonomi tertutup, dan kebutuhan dasar sulit terpenuhi, individu yang terdesak seringkali terjerumus pada jalan pintas.
Implikasinya lebih luas: meningkatnya kriminalitas tidak hanya mengancam keamanan dan ketertiban, tetapi juga merusak iklim investasi, menghambat pertumbuhan ekonomi inklusif, dan mengikis kepercayaan masyarakat terhadap sistem.
Mengurangi angka kriminalitas tidak cukup hanya dengan penegakan hukum yang represif. Penangkapan pelaku adalah langkah penting, namun jika akar masalahnya tidak diberantas, akan selalu ada “AG-AG” baru, atau pelaku penjambretan lain yang muncul.
Pemerintah, masyarakat, dan seluruh elemen bangsa perlu bersama-sama melakukan investasi serius dalam pemberdayaan masyarakat, literasi keuangan dan kewirausahaan, serta program jangka panjang untuk mengentaskan kemiskinan. Peningkatan akses pendidikan berkualitas dan pelatihan keterampilan yang relevan dengan pasar kerja juga krusial. Selain itu, memperkuat jaring pengaman sosial agar tidak ada lagi yang merasa sendirian dan terdesak hingga harus memilih jalan kejahatan.
Hanya dengan pendekatan yang holistik dan berkelanjutan, kita bisa benar-benar mengatasi akar permasalahan ini dan membangun sistem yang lebih adil, aman, serta sejahtera bagi 50 juta warga Jawa Barat. Ini adalah panggilan bagi kita semua untuk memahami lebih dalam, bukan sekadar menghakimi, dan bertindak nyata demi masa depan yang lebih baik. Segera hentikan eksploitasi kemiskinan rakyat untuk sebuah konten media sosial.