KORANMANDALA.COM – Bandung Zoo kembali mencatatkan keberhasilan konservasi setelah seekor tapir jantan lahir pada Jumat, 14 November 2025, pukul 06.00 WIB. Dengan kelahiran terbaru ini, total tapir yang berhasil dikembangbiakkan lembaga konservasi tersebut mencapai 11 ekor, jumlah yang disebut sebagai yang tertinggi di Asia.
Humas YMT Bandung Zoo, Sjulhan Syafii, mengatakan proses kelahiran berlangsung normal. Induk bernama Tinuk yang berusia 15 tahun melahirkan anak ketiganya dari pejantan Marcel yang berumur 11 tahun.
“Lahir jam enam pagi dan dua jam kemudian sudah bisa menyusu sendiri. Alhamdulillah kondisinya sehat,” ujar pria yang akrab disapa Kang Aan saat ditemui pada Senin, 17 November 2025.
Tiket Persib Menghadapi Dewa United Telah Tersedia, Ini Daftar Harganya
Untuk menjaga kondisi induk pascamelahirkan, tim perawat memberikan tambahan nutrisi berupa gula merah guna memastikan produksi susu tetap optimal.
Hingga saat ini, Bandung Zoo memiliki komposisi populasi tapir sebanyak tujuh jantan dan empat betina.
Dengan populasi tapir yang terus bertambah, YMT Bandung Zoo menyatakan siap mendistribusikan sebagian tapir ke kebun binatang atau lembaga konservasi lain yang membutuhkan.
“Kami membuka peluang kerja sama. Silakan kontak GM kami, nanti akan diatur sesuai aturan konservasi yang berlaku,” kata Sjulhan.
Ia menegaskan bahwa Bandung Zoo hanya akan mempertahankan indukan, sementara beberapa tapir lain disiapkan untuk dipindahkan agar persebaran populasi tapir di Indonesia lebih merata.
Meski mencatat perkembangan positif dari sisi konservasi, Sjulhan mengakui bahwa pengelola Bandung Zoo masih menghadapi hambatan operasional karena belum dapat beroperasi penuh. Kondisi ini berdampak pada pemasukan lembaga, sementara biaya perawatan tetap harus dipenuhi.
“Kami membutuhkan sekitar Rp415 juta per bulan untuk biaya pakan dan perawatan. Dengan kelahiran baru ini, tentu kebutuhan pakan ikut bertambah,” ujarnya.
Pihak Bandung Zoo saat ini tengah berkomunikasi dengan BKSDA, pihak independen, serta Pemerintah Kota Bandung untuk mempercepat pembukaan kembali operasional secara normal.
Untuk mempererat hubungan dengan masyarakat, Bandung Zoo membuka partisipasi publik untuk mengusulkan nama bagi bayi tapir tersebut melalui media sosial resmi.
“Ini bagian dari edukasi publik supaya lebih dekat dengan satwa dan memahami pentingnya konservasi,” jelas Sjulhan.
Sesuai prosedur, laporan kelahiran telah disampaikan kepada BKSDA sebelum diumumkan ke publik.
Dengan kelahiran ini, Bandung Zoo kembali menegaskan posisinya sebagai salah satu lembaga konservasi tapir paling produktif di Asia, sekaligus memperkuat komitmennya dalam menjaga kesejahteraan satwa.
