KORANMANDALA.COM –Hati seorang ayah mana yang tak luluh saat anak perempuannya datang membawa kejutan kecil di hari yang begitu bermakna Hari Ayah Nasional, 12 November. Bagi banyak orang, hari itu mungkin hanya sekadar tanggal di kalender. Namun bagi Piki, seorang ayah sederhana, tanggal itu menjadi momen yang tak akan pernah ia lupakan.
Pagi itu, Intan Siti Nurul Qolby, gadis kecil berusia 10 tahun yang masih duduk di bangku sekolah dasar, tampak sibuk menulis sesuatu di atas selembar kertas putih. Dengan tulisan tangan yang mungil dan sedikit miring, ia merangkai kalimat demi kalimat yang keluar dari hatinya sendiri — tanpa rekayasa, tanpa bantuan siapa pun.
“Selamat Hari Ayah… Makasih ya Ayah sudah jadi Ayah terbaik di kehidupan Neng… Neng seneng banget punya Ayah terbaik… Semoga Ayah sehat selalu, panjang umur, dan selalu bahagia… Neng sayang Ayah…”
Yaya Sunarya Ungkap Kondisi Terkini Pemain Persib Usai Berlibur
Kalimat sederhana itu, bagi sebagian orang mungkin terdengar biasa. Tapi tidak bagi Piki. Begitu surat itu sampai di tangannya, air matanya langsung menetes. Kertas itu bukan sekadar tulisan — melainkan cermin cinta tulus seorang anak kepada sosok ayah yang menjadi tulang punggung keluarga.
“Waktu baca surat itu, saya langsung terdiam. Ada rasa haru yang nggak bisa dijelasin. Anak sekecil itu sudah tahu bagaimana ayahnya berjuang,” ujar Piki dengan suara bergetar.
Bagi Piki, Hari Ayah kali ini bukan hanya tentang ucapan selamat, tapi juga pengingat akan tanggung jawab besar seorang kepala keluarga. Ia mengaku, kehadiran anak-anak seperti Intan menjadi sumber semangat untuk terus bekerja keras di tengah situasi hidup yang semakin berat.
“Anak-anak adalah motivasi terbesar saya. Mereka jadi alasan saya kuat, berjuang, dan nggak menyerah. Surat itu jadi pengingat bahwa semua lelah ini tidak sia-sia,” katanya dengan mata berbinar.
Di balik senyum hangatnya, Piki menyimpan harapan besar untuk masa depan kedua buah hatinya. Ia ingin mereka tumbuh menjadi anak-anak yang shaleh dan shalehah, bermanfaat bagi sesama, serta hidup dengan akhlak dan adab yang baik.
Ia juga menitipkan pesan bagi para orang tua lainnya, agar tidak lelah menanamkan nilai-nilai kebaikan di tengah derasnya arus zaman.
“Sekarang ini dunia makin keras. Norma dan adab mulai pudar. Jadi tugas kita sebagai orang tua bukan hanya mencari nafkah, tapi juga mendidik, menanamkan nilai-nilai agama dan moral supaya anak-anak tumbuh dengan hati yang kuat dan jiwa yang sehat,” tuturnya penuh makna.
Hari Ayah Nasional kali ini menjadi saksi bahwa kasih seorang anak mampu menguatkan langkah seorang ayah. Dari selembar surat kecil bertinta cinta, tumbuh keyakinan besar bahwa keluarga yang dibangun dengan kasih sayang dan ketulusan, akan selalu punya alasan untuk bertahan — seberat apa pun hidup dijalani.






