KoranMandala.com –Gelombang obsesi terhadap harimau tengah menyapu Korea Selatan. Fenomena ini dipicu kesuksesan serial animasi Netflix K-Pop Demon Hunters yang menghadirkan karakter harimau jenaka bernama Derpy.
Kehadiran tokoh ini berhasil mengubah motif tradisional Korea menjadi tren budaya pop dengan penjualan merchandise yang meroket.
Museum Nasional Korea mencatat lonjakan penjualan luar biasa untuk Pin Magpie and Tiger. Jika sebelumnya hanya terjual rata-rata dua buah per hari, kini angka itu melonjak menjadi 38.000 unit dalam sebulan, atau meningkat hampir 19.000 persen, hingga stok museum ludes.
Demam harimau juga meluas ke berbagai acara publik. Sebuah pertunjukan drone raksasa berbentuk harimau di atas Sungai Han sempat viral di media sosial, memperlihatkan bagaimana warisan budaya dapat bertransformasi menjadi fenomena pop culture yang eksplosif.
Karakter Derpy sendiri terinspirasi dari lukisan rakyat era Joseon bernama Ho jakdo, karya seni minhwa yang menggambarkan harimau dan burung murai. Adaptasi ini dianggap sukses menjembatani konten hiburan modern dengan tradisi seni rakyat yang kaya makna.
“Kesuksesan Derpy membuktikan kekuatan storytelling kontemporer dalam menghidupkan kembali motif tradisional menjadi simbol ramah generasi muda,” kata seorang kurator budaya dalam keterangannya.
Fenomena ini bersifat kultural semata. Para peneliti menegaskan, harimau liar sudah punah dari Semenanjung Korea sejak awal abad ke-20. Tidak ada bukti ilmiah terbaru yang menunjukkan keberadaan mereka di alam, meski kamera pengawas tersebar di jalur populer. Kasih sayang masyarakat terhadap “harimau imajiner” justru tumbuh di ranah budaya.
Ikatan bangsa Korea dengan harimau telah berlangsung lama, dari maskot Olimpiade Seoul 1988 Hodori hingga harimau putih Olimpiade PyeongChang 2018 Soohorang. Keduanya digambarkan sebagai lambang kehangatan, perlindungan, dan vitalitas nasional. Kini, estafet simbolik itu diteruskan oleh Derpy di platform global.
Tren ini bahkan menembus pasar internasional. Merchandise Derpy laris di luar negeri, menegaskan daya tarik global K-Pop Demon Hunters sekaligus memperkuat soft power Korea. Media budaya mencatatnya sebagai bukti keberhasilan Korea mengemas warisan tradisional dalam format modern yang mampu memikat audiens dunia.
