Close Menu
Koran Mandala
  • Home
  • Peristiwa
  • Daerah
  • Politik
  • Hukum
  • Ekonomi
  • Edukasi
  • Sport
  • Liputan Khusus
  • Otomotif
  • Tekno
  • Game
  • Hiburan
  • Wisata
  • Opini
Facebook Instagram YouTube TikTok
Kamis, 20 November 2025 10:22
YouTube Instagram TikTok Facebook
Koran MandalaKoran Mandala
  • Home
  • Peristiwa
    • Daerah
    • Nasional
    • Video
    • Bunga Rampai Seorang Jurnalis
  • Politik
    • Majalah Digital
  • Ekonomi
    • PLN
    • Bank BJB
  • Hukum
  • Edukasi
  • Liputan Khusus
  • Sport
    • Otomotif
  • Tekno
    • Game
  • Hiburan
    • Wisata
    • Ragam
  • Opini
Koran Mandala
  • Home
  • Peristiwa
  • Daerah
  • Politik
  • Hukum
  • Ekonomi
  • Edukasi
  • Sport
  • Liputan Khusus
  • Otomotif
  • Tekno
  • Game
  • Hiburan
  • Wisata
  • Opini
Home»Hiburan»Ulasan Film Colonial Debris Karya Dandhy Laksono: Sinema yang Menggugat Sampai Akhir

Ulasan Film Colonial Debris Karya Dandhy Laksono: Sinema yang Menggugat Sampai Akhir

Hiburan Sabtu, 24 Mei 2025 10:09 WIB
Twitter Tumblr Facebook WhatsApp
Ulasan Colonial Debris karya Dandhy Laksono dan tim Watchdoc Documentary tentang konflik tanah di Indonesia
Poster film Colonial Debris karya Dandhy Laksono

Koran Mandala – Kehadiran “Colonial Debris“, karya terbaru WatchDoc Documentary, sekali lagi menegaskan posisi Dandhy Dwi Laksono dan ‘bengkel’-nya sebagai anomali di kancah perfilman Indonesia. Kalau kita bicara soal dokumenter yang benar-benar punya ‘gigi’, nama mereka memang sulit dielakkan. Di tengah industri yang seringkali memilih zona nyaman, Dandhy dan kawan-kawan konsisten menapaki jalur terjal: jurnalisme investigasi visual yang berani, lugas, dan tak pernah ragu menantang status quo.

Rekam jejak mereka berbicara lantang. Masih segar dalam ingatan bagaimana “Sexy Killers” sukses membuat elite energi ‘panas dingin’. Belum lagi “Asimetris” yang tanpa tedeng aling-aling menguliti borok industri sawit, hingga “Dirty Vote” yang meledak laksana ‘bom waktu’ jelang pemilu lalu. Deretan karya berani ini, ditambah pengakuan bergengsi sekelas Magsaysay Award, telah mengukuhkan DNA WatchDoc: berpihak pada mereka yang kerap tak bersuara, dan menjadikan kekuatan sinema sebagai megafonnya.

Profil Dandhy Dwi Laksono, Sutradara Film Dirty Vote yang Viral di Media Sosial Bongkar Dugaan Kecurangan Pemilu 2024

Kini, DNA perlawanan itu kembali mewujud dalam “Colonial Debris” (atau “Tanah Moyangku”). Ini bukan sekadar rilisan terbaru; ini adalah sebuah karya magnum yang terasa seperti puncak perenungan mereka atas salah satu borok paling kronis bangsa ini: sengketa tanah. Tapi, mari kita sejenak menepi dari urgensi isunya, dan mencoba ‘membaca’ film ini dari kacamata seorang penikmat—dan pengkritik—film. Bagaimana “Colonial Debris” berkomunikasi lewat bahasanya sendiri, bahasa sinema?

Colonial Debris: Merajut Narasi, Menghunjam Kesadaran

Sejak awal, “Colonial Debris” sudah menunjukkan kelasnya dalam bertutur. Ia tak lantas menghujani kita dengan data mentah. Sebaliknya, ia mengajak kita melakukan perjalanan waktu, membentangkan benang merah kusut dari hukum kolonial Agrarische Wet 1870 hingga praktik-praktik agraria yang—ironisnya—tak banyak berubah di era modern. Racikan gaya expository (pemaparan) dan observational (pengamatan) terasa pas. Suara narator menjadi pemandu, namun bintang sesungguhnya adalah mereka yang hidup di ‘medan perang’ agraria.

Di sinilah WatchDoc menunjukkan kepekaannya. Kamera tak hanya merekam, tapi seolah ikut merasakan. Goyangan handheld di beberapa adegan—mungkin saat mengikuti aksi massa atau menyusuri jalan setapak—berhasil menarik kita masuk, membuat kita merasa hadir di sana. Wawancara pun terasa intim. Mereka tidak mewawancarai narasumber di studio steril, melainkan di ‘habitat’ mereka: di tengah sawah yang terancam, di beranda rumah yang mungkin segera rata dengan tanah. Pilihan ini membuat setiap kata yang terucap terasa lebih berbobot, lebih otentik.

Visual dan Bunyi yang Tak Sekadar Indah, Tapi Menggugat

Secara visual, “Colonial Debris” adalah sebuah ironi yang tertata apik. Di satu sisi, mata kita dimanjakan oleh keindahan alam Indonesia yang—sayangnya—kian tergerus. Namun, keindahan itu segera dibenturkan dengan gambar-gambar ‘brutal’: raungan alat berat, hamparan sawit sejauh mata memandang yang terasa seperti padang pasir hijau, dan tentu saja, sorot mata para pejuang tanah yang menyimpan campuran lelah, marah, dan harapan.

Listen to this article

1 2
Fajar Majeed

Penulis di Koran Mandala dengan kajian Pernak-pernik Bandung, Pendidikan, Geospasial, dan Sepakbola.

BERITA LAINNYA

Bandung Zoo Catat Kelahiran Tapir ke-11, Tertinggi di Asia

Bandung Zoo Catat Kelahiran Tapir ke-11, Tertinggi di Asia

Sepucuk Surat dari Neng untuk Ayah: Kisah Haru di Hari Ayah Nasional

Sepucuk Surat dari Neng untuk Ayah: Kisah Haru di Hari Ayah Nasional

Avengers-Doomdays-2026

Trailer Film Avengers Doomsday: Ekspresi Emosional Doctor Doom, Sinopsis Penuh Konflik dan Jadwal Tayang Resmi

Rekomendasi film bertema Hari Ayah

Hari Ayah Nasional: 5 Film Indonesia yang Menyentuh untuk Dihabiskan Bersama Bapak

bank bjb Dukung West Java Festival 2025, Dorong Ekonomi Kreatif dan Literasi Keuangan Digital

Coffee Bawa Studio, Simpul Baru Gaya Hidup Urban Anak Muda Bandung

Coffee Bawa Studio, Simpul Baru Gaya Hidup Urban Anak Muda Bandung

BERITA TERKINI

Google Gemini 3

Google Rilis Gemini 3

Hari Anak Sedunia 2025

Hari Anak Sedunia 2025: Sejarah, Makna, dan Cara Merayakannya

Push Bike Competition Siap Meriahkan Persibday Festival Kedua

Push Bike Competition Siap Meriahkan Persibday Festival Kedua

SIM keliling Bandung 20 November 2025

SIM Keliling Bandung Kamis 20 November 2025

Mahasiswa HMI Dakwah Gelar Aksi Tolak RKUHAP dan Wacana Soeharto Jadi Pahlawan Nasional

Mahasiswa HMI Unisba Gelar Aksi Tolak RKUHAP dan Wacana Soeharto Jadi Pahlawan Nasional

DAERAH

Pemkab Garut Gelar Sosialisasi Kerja Sama Daerah dan Mekanisme Perjalanan Dinas Luar Negeri

Pemkab Garut Gelar Sosialisasi Kerja Sama Daerah dan Mekanisme Perjalanan Dinas Luar Negeri

Polres kuningan Amankan Residivis dan 5 Motor Curian Yang Resahkan Warga

Polres kuningan Amankan Residivis dan 5 Motor Curian Yang Resahkan Warga

Lapas Kelas IIA Kuningan Gelar Coffee Morning Bersama Media, Perkuat Transparansi Informasi

Lapas Kelas IIA Kuningan Gelar Coffee Morning Bersama Media, Perkuat Transparansi Informasi

Satresnarkoba Polres Garut Ringkus Tiga Pengedar Obat Keras di Limbangan

Satresnarkoba Polres Garut Ringkus Tiga Pengedar Obat Keras di Limbangan

BANDUNG

Ketua Umum Muhammadiyah Haedar Nashir saat memberi sambutan dalam acara Penandatanganan Nota Kesepahaman antara PP Muhammadiyah dengan Institut Teknologi Bandung, Senin (17/11/2025). (istimewa)

Muhammadiyah: Bandung adalah Kota Besar

Anggota DPRD Kota Bandung, Andri Gunawan

Andri Gunawan Tegaskan Bandung Tak Boleh Kehilangan Identitas sebagai Kota Toleran

Ilustrasi Kepadatan Lalulintas saat Mudik Lebaran

Uji Coba Traffic Light AI di Bandung Dinilai Belum Menjawab Akar Masalah Kemacetan

Memperingati Hari Toleransi Internasional, Bandung Gelar Dialog Kebangsaan Bahas Quo Vadis Pluralisme di Kota HAM

Memperingati Hari Toleransi Internasional, Bandung Gelar Dialog Kebangsaan Bahas Quo Vadis Pluralisme di Kota HAM

POPULER
Premium! Intip Harga HP Nokia 7610 5G Segera Rilis Tahun 2024

Premium! Intip Harga HP Nokia 7610 5G Segera Rilis Tahun 2024

10 Ucapan Keren Buat Merayain Hari Anak Sedunia 20 November 2024

10 Ucapan Keren Buat Merayakan Hari Anak Sedunia 20 November 2024, Bikin Semangat!

Gervane Kastaneer bawa Curacao ke Piala Dunia 2026

Gervane Kastaneer Bawa Curacao ke Piala Dunia 2026: Persib dan Persis Solo Kecipratan Bonus?

Istimewa

Selamat Hari Jurnalis Internasional, Para Insan Pers

PT MANDALA DIGITAL MEDIA
Jl. Waluh No 12, Malabar.
Kecamatan Lengkong, Kota Bandung
Jawa Barat 40262

Facebook Instagram YouTube TikTok
KATEGORI
Peristiwa Politik Ekonomi Hukum Daerah Hiburan Edukasi Tekno Sport Opini Indeks
LINKS
Tim Redaksi
Pedoman Media Cyber
Kebijakan Privasi
Tentang Kami
© 2025 KoranMandala.com

Type above and press Enter to search. Press Esc to cancel.