KoranMandala.com – Ratusan pelaku sektor pariwisata di Jawa Barat turun ke jalan menuntut keadilan atas larangan study tour yang diberlakukan sejumlah pemerintah daerah. Aksi ini digelar pada Senin, 21 Juli 2025 di depan Gedung Sate, Kota Bandung.
Mereka yang hadir bukan hanya pemilik biro perjalanan, tapi juga sopir bus, pemandu wisata, hingga pengelola tempat edukatif. Semua merasa tercekik secara ekonomi karena kebijakan larangan study tour yang dinilai tanpa solusi.
Sejak pagi pukul 09.00 WIB, massa aksi membawa poster bernada protes seperti “Hapus Larangan Terkait Study Tour!”, “Satu Ayat yang Membuat Kami Tamat!”, hingga “Kami Menuntut Keadilan”.
Kadisdik Kota Cirebon Tegaskan Study Tour tidak Wajib untuk Siswa
Aksi teatrikal pun dilakukan dengan membawa koper tergembok, simbol terkuncinya sumber penghidupan mereka. Banyak dari mereka kini terlilit utang atau harus berhenti usaha karena turunnya permintaan akibat kebijakan tersebut.
“Selama ini, study tour jadi tulang punggung kami. Sekarang kami hanya bisa menunggu tanpa kepastian,” ujar Rudi, salah satu sopir bus wisata yang mengaku sudah dua bulan menganggur.
Kebijakan larangan study tour ini disebut-sebut sebagai respons atas insiden kecelakaan pelajar di beberapa daerah. Namun, pelaku wisata menilai, pelarangan total bukanlah solusi bijak.
“Kami butuh regulasi yang adil, bukan larangan yang mematikan,” tegas Nia, pemilik agen perjalanan dari Ciamis.
Aksi ini ditujukan kepada Pemprov Jawa Barat, khususnya Gubernur dan pejabat terkait, agar segera mencabut larangan tersebut dan membuka dialog dengan pelaku wisata.
Hingga pukul 11.30 WIB, aksi berlangsung damai dan tertib. Namun, lalu lintas di Jalan Diponegoro tersendat karena banyaknya bus wisata yang parkir di badan jalan.