Koran Mandala – Perwakilan Kementerian Keuangan Jawa Barat menyampaikan kinerja Anggaran Pendapatan dan Belanja (APBN) Jawa Barat sampai dengan Mei 2025 di Ruang Sidang Gedung Keuangan Negara Bandung, (Selasa, 1/7).
Kepala Perwakilan Kementerian Keuangan Jawa Barat yang merupakan Kepala Kantor Wilayah Direktorat Jenderal Kekayaan Negara (Kanwil DJKN) Jawa Barat Tugas Agus Priyo Waluyo menyampaikan beberapa hal terkait kondisi perekonomian di Jawa Barat. Beliau menyampaikan hal-hal sebagai berikut:
1. Di tengah lingkungan global yang bergejolak, ekonomi Jawa Barat tetap tumbuh resilien 4,98% (yoy). Inflasi Mei 2025 sebesar 1,47% (yoy) dengan IHK 108,38. Penyumbang utama inflasi yaitu emas perhiasan, kopi bubuk, beras, minyak goreng, dan sigaret kretek mesin.
Faktor Ini Yang Membuat Alfreandra Dewangga Gabung Persib Bandung
2. Neraca Perdagangan April 2025 mengalami surplus USD1,72 miliar dengan total ekspor USD2,76 miliar dan total impor USD1,04 miliar. Pada periode Januari s.d. April 2025 transaksi perdagangan nonmigas dengan mitra dagang utama, khususnya Amerika Serikat, menunjukkan surplus mencapai USD1,77 miliar. Sedangkan neraca perdagangan dengan Tiongkok dan Taiwan mengalami defisit sebesar USD0,60 miliar dan USD0,07 miliar.
3. Kinerja Fiskal di Jawa Barat hingga 31 Mei 2025 mencatatkan total pendapatan APBN sebesar Rp56,16 triliun (34,63% dari target), sedangkan belanja negara regional Jawa Barat sebesar Rp44,37 triliun (37,59% pagu). Sehingga menghasilkan surplus regional sebesar Rp11,79 triliun.
Di sisi pendapatan negara, Kepala Kanwil Direktorat Jenderal Pajak (DJP) Jawa Barat I Kurniawan Nizar menyampaikan pendapatan negara secara akumulatif tumbuh sebesar 2,87% (yoy). Realisasi penerimaan perpajakan tumbuh sebesar 2,50% (yoy).
Pertumbuhan terutama dikontribusi oleh pertumbuhan pada penerimaan Pajak Dalam Negeri dan Pajak lainnya.
Pajak Bumi dan Bangunan (PBB) terkontraksi sebesar 34,14%.
Di sektor kepabeanan dan cukai, Kepala Kanwil Direktorat Jenderal Bea dan Cukai (DJBC) Jawa Barat Finari Manan mengatakan bea masuk terkontraksi 40,90% dipengaruhi oleh tidak adanya importasi PT Bulog, importasi PT ADM dan PT TAM (otomotif) mendapat fasilitas FTA, serta penurunan BM dari PLB PT Inchcape (d/h PT Mercedes Benz) karena penurunan penjualan secara nasional.






