Koran Mandala – Gelombang pemutusan hubungan kerja (PHK) terus menghantam sektor industri di Jawa Barat. Baru memasuki pertengahan tahun 2025, ribuan buruh telah kehilangan pekerjaan, menunjukkan kondisi yang jauh dari ideal di tengah klaim pertumbuhan ekonomi nasional.
Roy Jinto, Pimpinan Serikat Pekerja Seluruh Indonesia (SPSI) Jawa Barat, mengungkapkan bahwa sepanjang awal tahun ini saja, sedikitnya dua perusahaan besar telah mem-PHK belasan ribu buruh.
“PT Danbi Internasional di Garut sudah menyatakan pailit sejak Februari 2025. Sebanyak 2.000 lebih buruh ter-PHK. Lalu PT Alenatex, sedang dalam proses restrukturisasi, dengan potensi lebih dari 7.000 buruh ter-PHK,” kata Roy kepada Koranmandala Senin 16 Juni 2025.
PT KAI Diduga Salahgunakan Dana PMN, BPK Ungkap Kerugian Negara Ratusan Miliar
Menurut Roy, angka tersebut baru mencakup buruh yang berada dalam naungan SPSI. Ia meyakini masih banyak perusahaan lain yang melakukan pengurangan karyawan secara diam-diam.
“Kalau bicara realitas di lapangan, jumlahnya bisa jauh lebih besar. Banyak pekerja sudah tidak mendapatkan penghasilan tetap. Ini belum termasuk sektor informal yang terdampak,” ujarnya.
Roy menyoroti bahwa narasi pertumbuhan ekonomi nasional dan Jawa Barat tidak mencerminkan kondisi riil yang terjadi di sektor industri, khususnya manufaktur.
“Pertumbuhan ekonomi memang diklaim naik, tapi tidak linier dengan kondisi sektor industri. Yang tumbuh lebih banyak dari sektor informal seperti pertanian atau jasa, sementara industri manufaktur justru lesu,” jelas Roy.
Data SPSI menunjukkan, pada 2024 lalu, hampir 6.000 buruh mengalami PHK di Jawa Barat. Namun angka itu diprediksi akan melonjak tahun ini, seiring tekanan dari luar negeri dan persoalan tarif impor.
Farhan Nonaktifkan Kadispora Bandung Tersangka Korupsi Dana Hibah Pramuka
Roy juga menilai bahwa dampak perang dagang dan kebijakan tarif impor yang longgar menjadi faktor utama memburuknya daya saing industri dalam negeri. Jika hal ini tidak segera ditangani, gelombang PHK akan semakin luas.






