Koran Mandala -Di balik gemericik angin pegunungan dan suburnya tanah Desa Cibodas, Kecamatan Cikajang, Kabupaten Garut, tumbuh harapan baru yang tak sekadar tentang hasil panen, tetapi juga tentang kemandirian dan pemberdayaan. Harapan itu bernama Kelompok Tumbuh Bersama Usaha Kecil Menengah (KTB UKM) Desa Cibodas—sebuah inisiatif yang lahir dari kepedulian sepasang dokter terhadap nasib masyarakat desa.
Sabtu pagi, 3 Maret 2025, halaman rumah sederhana milik Koordinator KTB UKM Desa Cibodas tampak ramai. Tersusun rapi aneka produk olahan: dari tepung singkong mocaf tanpa gluten, teh jamblang, sabun dari garam, serum lidah buaya, hingga kombucha dan kopi drip. Semua produk ini adalah hasil tangan ibu-ibu Cibodas yang sebelumnya tak pernah membayangkan mereka bisa menjadi pelaku usaha mandiri.
“Kami ingin membangun desa, bukan hanya lewat kesehatan, tapi lewat perubahan pola pikir,” tutur dr. Eddy Kristianto, penggagas KTB UKM bersama istrinya, drg. Renny Limarga. Keduanya memulai perjalanan ini sejak 1993, saat bertugas di sebuah desa terpencil di Kalimantan Barat. Sejak itu, mereka menyadari, kesehatan fisik tak cukup. Masyarakat perlu diberdayakan secara ekonomi dan mental agar bisa tumbuh berkelanjutan.
Kini, KTB UKM telah menjangkau lebih dari 2.500 desa di Indonesia, dan menargetkan hadir di 7.000 desa. Desa Cibodas jadi salah satu potret keberhasilan pendekatan ini.
“Kalau hanya produksi, itu mudah. Tapi mengubah mindset, membentuk jiwa wirausaha yang mau berbagi dan memikirkan kesejahteraan bersama, itu yang jadi misi utama kami,” ujar dr. Eddy.
Erna, koordinator KTB UKM Desa Cibodas, membenarkan. Menurutnya, perubahan yang paling terasa bukan hanya dari meningkatnya penghasilan warga, melainkan bagaimana ibu-ibu mulai percaya diri, berani mencoba, dan berpikir jauh ke depan. “Dulu takut gagal. Sekarang mereka semangat bereksperimen dan memasarkan produk mereka,” katanya.
Pemerintah setempat pun menyambut baik inisiatif ini. Camat Cikajang, Riyana Tasripin, mengaku salut dengan keberhasilan KTB UKM memberdayakan perempuan desa. Namun, ia juga menyebut masih ada tantangan, terutama dalam hal perizinan. “Kami akan dorong dinas terkait untuk membantu, agar usaha warga ini bisa naik kelas,” ujarnya.
Bagi warga seperti Devi Apriani (22), KTB UKM adalah jalan hidup baru. Ia kini memiliki usaha sendiri, dan pendapatannya bertambah. “Saya merasa lebih percaya diri. Bukan hanya bisa bantu keluarga, tapi juga bisa menginspirasi teman-teman,” kata Devi dengan senyum lebar.
Desa Cibodas memang belum sepenuhnya berubah. Namun berkat gerakan kecil dari hati besar, KTB UKM telah menyalakan api optimisme. Bahwa desa bisa mandiri. Bahwa ibu-ibu bisa jadi penggerak. Bahwa perubahan dimulai dari mindset, dan dari sana, masa depan dibangun bersama.