Close Menu
Koran Mandala
  • Home
  • Peristiwa
  • Daerah
  • Politik
  • Hukum
  • Ekonomi
  • Edukasi
  • Sport
  • Liputan Khusus
  • Otomotif
  • Tekno
  • Game
  • Hiburan
  • Wisata
  • Opini
Facebook Instagram YouTube TikTok
Kamis, 20 November 2025 8:24
YouTube Instagram TikTok Facebook
Koran MandalaKoran Mandala
  • Home
  • Peristiwa
    • Daerah
    • Nasional
    • Video
    • Bunga Rampai Seorang Jurnalis
  • Politik
    • Majalah Digital
  • Ekonomi
    • PLN
    • Bank BJB
  • Hukum
  • Edukasi
  • Liputan Khusus
  • Sport
    • Otomotif
  • Tekno
    • Game
  • Hiburan
    • Wisata
    • Ragam
  • Opini
Koran Mandala
  • Home
  • Peristiwa
  • Daerah
  • Politik
  • Hukum
  • Ekonomi
  • Edukasi
  • Sport
  • Liputan Khusus
  • Otomotif
  • Tekno
  • Game
  • Hiburan
  • Wisata
  • Opini
Home»Edukasi»Menggali Filosofi Totopong I

Menggali Filosofi Totopong I

Edukasi Minggu, 29 Juni 2025 15:19 WIB
Twitter Tumblr Facebook WhatsApp
Macam-Macam Gaya Totopong
Macam-Macam Gaya Totopong

Oleh:

Abah Yusuf Kabuyutan

 

TOTOPONG sebutan orang Sunda atau lebih dikenal dengan sebutan ikat kepala mulai dikenal sekitar tahun 1450 Masehi atau pada masa Kerajaan Pajajaran. Awalnya, totopong dikenakan untuk melindungi kepala dari panas terik dan sebagai identitas diri. Pada masa perang kemerdekaan, totopong digunakan sebagai identitas para pejuang. Pada era itu pula, totopong menjadi simbol perlawanan terhadap penjajahan Belanda dan Jepang.
Totopong juga menjadi simbol pemersatu dan pengobar semangat orang Sunda kala itu. Totopong merupakan ikat kepala terbuat dari kain polos atau kain batik. Ukuran kain pada umumnya sekitar 1 m2. Khusus totopong, memiliki ukuran setengah meter dan bentuk kain terbelah tengah secara diagonal atau sering disebut setengah iket.
Totopong biasanya memiliki motif batik khusus, misalnya batik kangkung, kumeli, sida mukti, kawung ece, seumat sahurun, giringsing, manyingnyong, katuncar mawur, kalangkang ayakan, dan porod, eurih. Sebagai masyarakat agraris, para leluhur Sunda memanfaatkan totopong sebagai pelindung dari sengatan matahari dan gangguan hewan saat bekerja di sawah.

Budaya Sunda Kian Tersisih, Muhamad Syahlevi Minta Dinas Terkait Buat Terobosan

“Fungsi totopong sebagai simbol identitas diri dilihat dari pola mengikatnya. Bentuk ikatan totopong menunjukkan status sosial, cara mengikat totopong antara bangsawan dan rakyat berbeda. Setidaknya ada 22 cara mengikat totopong di kepala.
Beberapa model ikat misalnya yang paling sederhana yaitu model perengkos nangka. Biasanya dipakai oleh orangtua yang sedang tergesa-gesa, jadi cukup dibelitkan di kepala. Kalangan jawara atau jagoan, lain lagi ikat kepalanya, mereka menggunakan model barangbang semplak atau kuda ngencar (kuda keluar kandang).
Macam-macam nama totopong/ iket kepala:
Barangbang Semplak, iket ini seperti barangbang (dahan kelapa kering) yang patah tapi masih nempel dipohon. Culannya hampir menutupi mata. Bagian atas-tengahnya terbuka (terlihat rambut). Biasanya iket model ini dulu dipakai oleh para jawara atau warga padepokan pencak silat.
Julang Ngapak, bentuk iket kepala ini seperti sayap burung terbang. Dipakai oleh para orang tua.
Kekeongan (di Banten disebut borongsong keong), bentuknya mirip seperti keong.
Kuda Ngencar, iket yang culanya dibelakang, ngampleh (tergerai) ke bawah. begitu mau ke bagian ujung (melengkung) naik lagi ke atas.
Maung Heuay, bentuk iket ini seperti mulut harimau yang sedang menganga (terbuka).
Parekos Nangka, bentuk iket ini sangat sederhana (basajan). Biasanya dipakai oleh orang yang sedang tergesa-gesa.
Porteng, iket yang culanya berdiri di depan, dan ujung-ujung kainnya digulung ke belakang.
Talingkup, iket yang culanya di dahi sampai menutupi mata. Talingkup artinya bisa menutupi.
Iket kepala menyimbolkan :
Syahadat
Sholat
Zakat
Puasa
Naik Haji (bagi yang mampu)
Kemudian jika dilipat jadi segitiga yang menyimbolkan :
Alif
Lam
Mim
Kalau disatukan, dibaca jadi ALAM. Kenapa ALAM ? Padahal bisa saja ILMI, ILMU, ULUM atau ALIM? Tidak akan ada ILMI, ILMU, ULUM dan ALIM kalau tidak ada ALAM
Alam yang mana ?
Alam yang sudah, sedang dan akan terjadi.
yang diciptakan Allah SWT
yang dilakoni/dihuni oleh Nabi Adam As beserta keturunannya
yang diakhiri oleh Rosulullah SAW.
Lipat dalam beberapa lipatan yang rapih,besar kecilnya lipatan menyesuaikan besarnya pipi menyimbolkan :
TARTIB (mendahulukan yang memang harus didahulukan, mengakhirkan yang memang mesti diakhirkan) semua pekerjaan harus dilakukan secara dewasa dan sesuai kemampuan. Diikat ke kepala, agar kita INGAT:
1. dari mana
2. lagi Dimana
3. mau kemana

IKET kepala merupakan kekayaan budaya tutup kepala tatar Sunda. Selain iket, urang Sunda mengenal beragam tutup kepala lainnya: mahkota, tudung/cetok, dudukuy, kerepus/kopiah, peci, topi, dll. Tapi, yang masih erat dan langgeng dipakai dalam keseharian sampai sekarang – khususnya yang terdapat di masyarakat adat diantaranya Baduy, Ciptagelar, Kampung Naga, Kampung Adat Cikondang – Pangalengan dll).

Iket menurut Ralph L. Beals dan Harry Haijer dalam bukunya An Introduction to Antropology, tutup kepala merupakan bagian kelengkapan busana suatu kelompok, yang bahan dan modélnya sangat besar dipengaruhi oléh lingkungan dan budaya yang mempunyai fungsi praktis, éstétis, dan simbolis.
Fungsi praktis merupakan alat penutup dari panas, hujan, benda yang membahayakan, serta pembungkus barang dan makanan. Fungsi estetis sebagai aksesoris (life style). Sedangkan fungsi simbolis merupakan ciri untuk membedakan identitas dengan suku lain, serta terkandung nilai-nilai luhur kajembaran – keluhuran falsafah hidup.
Bukti masyarakat Sunda erat dengan tutup kepala yaitu adanya mahkota Binokasih peninggalan Prabu Siliwangi dan Kerajaan Pajajaran, yang kemudian diwariskeun kepada Kerajaan Sumedanglarang (sekarang menjadi koléksi Museum Geusan Ulun di Sumedang). Sedangkan iket terdapat pada arca megalitik di Cikapundung (sekarang daerah Kebun Binatang, Jl. Tamansari Kota Bandung), yang bentuknya menyerupai kepala memakai iket.
Dalam kehidupan masyarakat Sunda bihari/dulu, kelengkapan busana, termasuk iket, merupakan pembeda antara golongan ménak/bangsawan dan cacah/ rakyat biasa. Khusus untuk iket, yang membedakannya adalah bahan, corak/motif, dan beulitan/rupa iket. Golongan ménak menggunakan bahan kain batik halus dengan motif tertentu – réréng dan gambir saketi – yang menunjukkan strata sosial tinggi (feodalis). Sedangkan golongan cacah biasanya menggunakan kain batik sisian/batik kasar dan polos hitam/ iket wulung.

Listen to this article

Headline Sunda
Sony Fitrah

BERITA LAINNYA

Hari Anak Sedunia 2025

Hari Anak Sedunia 2025: Sejarah, Makna, dan Cara Merayakannya

Tel-U Gandeng Cyberport Hong Kong, Gerbang Startup Indonesia ke Pasar Global Resmi Dibuka

Tel-U Gandeng Cyberport Hong Kong, Gerbang Startup Indonesia ke Pasar Global Resmi Dibuka

Bootcamp Affiliate di Cikondang: 30 Pemuda Didorong Melek Digital dan Siap Raup Penghasilan dari Teknologi

Bootcamp Affiliate di Cikondang: 30 Pemuda Didorong Melek Digital dan Siap Raup Penghasilan dari Teknologi

Di atas motor, ia menghidupkan semangat Kartini: mandiri, kuat, dan tak menyerah, Sabtu 15/11/2025 (Sarah/Koranmandala)

Perempuan Ojol Bernama Kartini: Menyalakan Harapan dari Atas Motor

Edwin Senjaya: DPRD Kota Bandung Tak Mengenal Oposisi, Check and Balance Tetap Berjalan

Golkar Bandung: Pahlawan Nasional Bentuk Pengakuan Jasa Besar Soeharto

Kantor_Tempat_Belajar_Pelatihan_HR

3 Pelatihan Human Resource Terbaik di Indonesia 2025

BERITA TERKINI

Hari Anak Sedunia 2025

Hari Anak Sedunia 2025: Sejarah, Makna, dan Cara Merayakannya

Push Bike Competition Siap Meriahkan Persibday Festival Kedua

Push Bike Competition Siap Meriahkan Persibday Festival Kedua

SIM keliling Bandung 20 November 2025

SIM Keliling Bandung Kamis 20 November 2025

Mahasiswa HMI Dakwah Gelar Aksi Tolak RKUHAP dan Wacana Soeharto Jadi Pahlawan Nasional

Mahasiswa HMI Unisba Gelar Aksi Tolak RKUHAP dan Wacana Soeharto Jadi Pahlawan Nasional

178 pendaki terjebak di Gunung Semeru pasca erupsi

Darurat di Semeru: 178 Pendaki Terperangkap di Ranu Kumbolo Usai Erupsi

DAERAH

Pemkab Garut Gelar Sosialisasi Kerja Sama Daerah dan Mekanisme Perjalanan Dinas Luar Negeri

Pemkab Garut Gelar Sosialisasi Kerja Sama Daerah dan Mekanisme Perjalanan Dinas Luar Negeri

Polres kuningan Amankan Residivis dan 5 Motor Curian Yang Resahkan Warga

Polres kuningan Amankan Residivis dan 5 Motor Curian Yang Resahkan Warga

Lapas Kelas IIA Kuningan Gelar Coffee Morning Bersama Media, Perkuat Transparansi Informasi

Lapas Kelas IIA Kuningan Gelar Coffee Morning Bersama Media, Perkuat Transparansi Informasi

Satresnarkoba Polres Garut Ringkus Tiga Pengedar Obat Keras di Limbangan

Satresnarkoba Polres Garut Ringkus Tiga Pengedar Obat Keras di Limbangan

BANDUNG

Ketua Umum Muhammadiyah Haedar Nashir saat memberi sambutan dalam acara Penandatanganan Nota Kesepahaman antara PP Muhammadiyah dengan Institut Teknologi Bandung, Senin (17/11/2025). (istimewa)

Muhammadiyah: Bandung adalah Kota Besar

Anggota DPRD Kota Bandung, Andri Gunawan

Andri Gunawan Tegaskan Bandung Tak Boleh Kehilangan Identitas sebagai Kota Toleran

Ilustrasi Kepadatan Lalulintas saat Mudik Lebaran

Uji Coba Traffic Light AI di Bandung Dinilai Belum Menjawab Akar Masalah Kemacetan

Memperingati Hari Toleransi Internasional, Bandung Gelar Dialog Kebangsaan Bahas Quo Vadis Pluralisme di Kota HAM

Memperingati Hari Toleransi Internasional, Bandung Gelar Dialog Kebangsaan Bahas Quo Vadis Pluralisme di Kota HAM

POPULER
Premium! Intip Harga HP Nokia 7610 5G Segera Rilis Tahun 2024

Premium! Intip Harga HP Nokia 7610 5G Segera Rilis Tahun 2024

10 Ucapan Keren Buat Merayain Hari Anak Sedunia 20 November 2024

10 Ucapan Keren Buat Merayakan Hari Anak Sedunia 20 November 2024, Bikin Semangat!

Polda Jawa Barat berhasil memulangkan Reni Rahmawati (23), perempuan asal Kecamatan Cisaat, Sukabumi, yang menjadi korban tindak pidana perdagangan orang (TPPO) di China.

Polda Jabar Pulangkan Korban TPPO ke Tanah Air

178 pendaki terjebak di Gunung Semeru pasca erupsi

Darurat di Semeru: 178 Pendaki Terperangkap di Ranu Kumbolo Usai Erupsi

PT MANDALA DIGITAL MEDIA
Jl. Waluh No 12, Malabar.
Kecamatan Lengkong, Kota Bandung
Jawa Barat 40262

Facebook Instagram YouTube TikTok
KATEGORI
Peristiwa Politik Ekonomi Hukum Daerah Hiburan Edukasi Tekno Sport Opini Indeks
LINKS
Tim Redaksi
Pedoman Media Cyber
Kebijakan Privasi
Tentang Kami
© 2025 KoranMandala.com

Type above and press Enter to search. Press Esc to cancel.